SOSOK KEHADIRAN PEMIMPIN MILINEAL DAN BERKUALITAS BAKAL CALON BUPATI KABUPATEN KONAWE SELATAN PADA KONSTALASI PILKADA 2020

Image
Pemilihan kepala daerah di Indonesia pada tahun 2020 digelar secara serentak untuk daerah-daerah yang masa jabatan kepala daerahnya berakhir pada tahun 2021. Sistem pemilihan kepala daerah secara serentak pada tahun 2020 merupakan yang ketiga kalinya diselenggarakan di Indonesia. Pelaksanaan pemungutan suara direncanakan digelar secara serentak pada bulan Desember 2020. Total daerah yang akan melaksanakan pemilihan kepala daerah serentak tahun 2020 sebanyak 270 daerah dengan rincian 9 provinsi, 224 kabupaten, dan 37 kota. Sejumlah nama dari kader-kader potensial partai politik (Parpol) mulai bermunculan. Ada 270 daerah yang akan mengikuti pilkada serentak salah satunya di Kabupaten Konawe Selatan Sulawesi Tenggara. Ada tiga kandidat yang kini ramai diperbincangkan dikalangan masyarakat saat ini, selain itu ada muncul bakal calon bupati dari kalangan milienal. Hal ini menarik dibicarakan. Hal ini disampaikan Ode Undu yang menjabat sebagai Sektaris Umum Ikatan Pemuda Pelajar Mahasiswah K...

Makalah Pembagian Hutan Berdasarkan Kelas Hutan

MAKALAH SUMBERDAYA HUTAN
“Pembagian Hutan Berdasarkan Kelas Hutan”





OLEH :
NAMA : SAHRUN
STAMBUK : M1A1 16 174
KELAS : KEHUTANAN C







JURUSAN  KEHUTANAN
FAKULTAS KEHUTANAN DAN ILMU LINGKUNGAN
UNIVERSITAS HALUOLEO
2019

KATA PENGANTAR

Assalamuallaikum warahmatullahi wabarakatu
Puji syukur kita panjatkan kehadiran Allah SWT karena atas nikmat dan karunia-Nya Saya masih diberi kesahatan untuk dapat menyelesaikan makalah ini dengan baik dan tepat pada waktunya. Dan tak lupa pula dipanjatkan salam  kepada Nabi besar kita Nabi Muhammad SAW sebagaiman Beliau telah membawa perubahan kepada kita dari masa kegelapan ke masa yang terang benderang seperti saat ini.
Pembuatan makalah ini berjudul “Pembagian Hutan Berdasarkan Kelas Hutan”, program studi Kehutanan, Fakultas Kehutanan dan Ilmu Lingkungan, dalam lingkup Universitas Haluoleo, Kendari.
Saya menyadari  bahwa dalam makalah ini masih banyak terdapat kekurangan dan masih jauh dari kesempurnaan, untuk itu Saya harapkan kritik dan saran dari pembaca yang dapat membangun. Sekian dan terima kasih, semoga makalah ini dapat bermanfaat  dan memberikan infomasi kepada pembaca.
Wassalamuallaikum warahtullahi wabarakatu.

                                                                 Kendari, 31 Maret 2019
  Penyusun





DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...........................................................................................   i
DAFTAR ISI.........................................................................................................   ii
BAB 1 
PENDAHULUAN
1.1  Latar belakang.................................................................................................   1
1.2. Rumusan masalah...........................................................................................   2
1.3. Tujuan............................................................................................................   2
1.4. Manfaat...........................................................................................................   2
BAB II
PEMBAHASAN
2.1. Definisi Kelas Hutan......................................................................................   3
2.2. Pembagian Kelas Hutan..............................................................................   6
BAB III
PENUTUP
3.1.Kesimpulan....................................................................................................    9
3.2.Saran..............................................................................................................     9
DAFTAR PUSTAKA






BAB 1
PENDAHULUAN

 Latar Belakang
Manajemen dapat diartikan sebagai seni, ilmu, dan proses untuk mencapai tujuan yang telah dirumuskan melalui kegiatan dengan orang lain. Manajemen Hutan, dalam pandangan luas, adalah integrasi faktor-faktor biologi, sosial, ekonomi, dan faktor-faktor lain yang mempengaruhi keputusan pengelolaan hutan. Setiap sesuatu mempengaruhi sesuatu yang lain dalam pengelolaan hutan, oleh karena itu, seseorang harus mengetahui segala sesuatu untuk membuat keputusan. Hal ini mungkin benar, tetapi hanya pada tingkatan tertentu. Pandangan yang luas tersebut tidak diadopsi pada mata kuliah ini sebab kebutuhan pengetahuan tersebut tidak mungkin dicapai dan karena keputusan manajemen hutan tidak dibuat segera saat ini, tetapi melalui proses yang panjag.
Pada hirarki yang lebih rendah, manajemen hutan didefisikan sebagai seluruh keputusan yang dibutuhkan untuk melaksanakan kegiatan pengelolaan hutan secara berkelanjutan. Pengertian ini lebih banyak berfokus pada pengetahuan yang digunakan secara langsung untuk mengelola suatu areal hutan. Hal ini berarti bahwa personal manajemen adalah bagian dari manajemen hutan karena manajemen hutan menggunakan orang, mechanical enggineering adalah juga bagian dari manajemen hutan karena dalam manajemen hutan menggunakan mesin-mesin. Kadang-kadang interaksi sosial juga termasuk bagian dari manajemen hutan. Pengertian yang kedua ini juga tidak diadopsi pada mata kuliah ini karena pengetahuan yang dibutuhkan untuk pengambilan keputusan tersebut tidak mesti dikuasai oleh manajer hutan, akan tetapi dapat saja diperoleh melalui tenaga ahli yang dipekerjakan atau disewa sebagai konsultan.
Secara historis, manajemen hutan pada dasarnya terkait dengan aspek biologi dan aspek silvikultur dari hutan. Defenisi ini diturunkan dari filosofi biologi sebagai aspek dasarnya. Kadang-kadang defenisi manajemen hutan juga mencakup pengelolaan daerah aliran sungai (DAS), inventarisasi, dan aspek-aspek kehutanan yang lain. Hal ini semua merupakan bagian integral dari manajemen hutan. Namun demikian, sebagai suatu profesi, ilmu manajemen hutan telah berkembang menjadi suatu bidang yang terpisah dari aspek-aspek tersebut di atas.
 Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah dalam kalah ini ialah :
Bagaimana definisi Kelas hutan ?
Bagaimana pembagian kelas hutan kelas hutan ?
 Manfaat
Adapun manfaat yang ditemukan dalam pembuatan makalah ini dapat dijadikan sebagai sumber ilmu, literature, maupun dasar ilmu pengetahuan terutama dalam kajian tentang kelas hutan.














BAB II
PEMBAHASAN

2.1. Definisi
Kelas hutan adalah penggolongan kawasan hutan ke dalam kelas-kelas berdasarkan aspek dan tujuan tertentu. Hutan yang merupakan kumpulan pohon-pohon hamparan yang luas dapat digolongkan menurut tujuan pengelolaanya sebagai berikut :
Susunan Jenis
Hutan murni adalah hutan yang seluruhnya atau hampir semua dari jenis yang sama. Hutan campuran adalah hutan yang tersusun dari dua atau lebih jenis pohon. Baik hutan murni maupun campuran dapat berupa seumur, tidak seumur, atau segala umur.
Kerapatan Tegakan
Hutan-hutan berbeda dalam hal jumlah pohon dan volume per hektar, luas bidang dasar dan kriteria lainya. Perbedaan antara sebuah tegakan yang rapat dan jarang, lebih mudah dilihat bila menggunakan kriteria pembukaan tajuknya. Sedangkan kerapatan berdasarkan volume, luas bidang dasar, dan jumlah batang per hektar dapt diketahui melalui pengukuran. Untuk lebih praktis ada kelas kerapatan tajuk yaitu :
Rapat, bila terdapat lebih dari 70% penutupan tajuk
Cukup, bila terdapat 40-70% penutupan tajuk
Jarang, terdapat kurang dari 40% penutupan tajuk
Hutan yang terlulu rapat, pertumbuahannya akan lambat, karena persaingan yang keras terhadap sinar matahari, air dan unsur hara mineral. Stagnasi pertumbuhan akan terjadi, tetapi tidak terus berlangsungf karena pohon-pohon persaingan dan penguasaan oleh poho-pohon yang kuat. Sebaliknya hutan yang terlalu jarang, terbuka atau jarang rawang, akan menghasilkan pohon-pohon dengan tajuk besar dan banyak percabangan dengan batang yang pendek. Hutan yang dikelolah dengan baik, kerapatannya dipelihara pada tingkat yang optimum, sehingga pohon-pohon dapat dengan maksimal memanfaatkan air, sianar matahari dan unsur hara dalam tanah.
3. Komposisi Umur  
Hutan seumur adalah suatu hutan yang ditanam pada waktu bersamaan. Meskipun demikian ukuranya dapat berbeda karena perbedaan laju pertumbuhan. Hutan segala umur terdiri dari pohon-pohon yang besar hingga tingkat semai. Jadi, meliputi berbagai umur maupun ukuran. Hutan tidak seumur adalah hutan yang hanya mempunyai dua atau tiga kelompok umur atau ukuran. Misalnya hutan yang terdiri dari pohon-pohon yang sudah masak tebang, miskin riap dan ukuran pancangnya.
2.2. Pembagian Kelas Hutan 
Ada beberapa aspek yang digunakan dalam penggolongan kawasan hutan, yaitu (Perum Perhutani 1992) :
a. Kondisi fisik kawasan (misal: TPK, halaman, rumah dinas, jalan, kuburan) 
b. Kesesuaian lahan 
1. Tanaman jenis kayu lain 
2. Areal perlindungan 
c. Lingkungan 
1. Lingkungan biofisik
2. Lingkungan sosial ekonomi 
d. Vegetasi 
1. Bervegetasi pohon 
1) Bervegetasi pohon (produktif dan tidak produktif) 
2) Tidak bervegetasi pohon 
2. Tidak bervegetasi pohon
Tujuan dari penggolongan kawasan hutan ke dalam kelas-kelas hutan adalah untuk menentukan tindakan silvikultur yang perlu dilakukan pada tiap (induk) kelas hutan. Pola tindakan pada tiap kelas hutan dan kelas hutan yang ada, diuraikan sebagai berikut (Perum Perhutani 1992) : 
1. Untuk penghasilan 
1) Areal yang disediakan untuk penghasilan, sesuai untuk tanaman pokok. 
a. Baik untuk tebang habis 
a) Kelas umur (KU) 
Hutan normal akan menjaga pertumbuhan tegakan di masa datang dengan sebaran kelas umur atau kelas diameter pohon serta riap yang sesuai dengan tujuan pengelolaan. Oleh karena itu, kriteria yang menentukan pengertian hutan normal adalah: (1) tendon tegakan normal, (2) sebaran kelas umur normal, dan (3) riap tegakan normal. Untuk mencapai hutan normal, diperlukan pemilihan yang tepat tentang system pengaturan hasil dan teknik silvikultur yang akan dipakai. Perlakuan silvikultur untuk memelihara tegakan harus direncanakan pada waktu yang tepat dan dengan cara yang memadai, sehingga setiap tempat tumbuh atau kelompok hutan akan dalam keadaan penuh oleh jenis yang cocok dengan kondisi tempat tumbuh tersebut. Tegakan akan dijarangi secara periodik utuk memberikan ruang tumbuh yang optimal bagi tegakan tinggal, dan untuk mencapai riap yang maksimal sesuai dengan dimensi kayu atau umur yang diperlukan oleh tujuan pengelolaan tertentu.
b) Hutan alam (HA) / Miskin riap (MR) 
c) Tanaman kayu lain (Tkl) d) Bertumbuhan kurang (BK) 
e) Tanah kosong (TK) b. Tidak baik untuk tebang habis (Tbth)
2) Areal yang disediakan untuk penghasilan, tidak sesuai untuk tanaman pokok. 
3) Tanaman jenis kayu lain (Tjkl) 
4) Areal perlindungan (AP) 
2. Bukan untuk penghasilan 
1) Hutan lindung 
2) Sungai, rawa, batu dan seterusnya. 
3) Lapangan dengan tujuan istimewa (Ldti)





BAB III
PENUTUP

 Kesimpulan
Adapun kesimpulan dalam makalah ini ialah hutan dapat dibagi berdsarkan kelas kerapatannya, kesesuaian lahan, jenis vegetasi dan kelas umur. 
Saran
Saran yang dapat diberikan dalam pengelolaan hutan harus tetap memperhatikan kelestariannya sebab hutan dapat saja rusak bahkan habis apabila tidak dikelolah secara bijak.










DAFTAR PUSTAKA

Davis, K.P. 1978, Beberapa Kebijakan pemerintah yang terkait dengan Pembangunan Kesatuan Pengelolaan Hutan (KPH).
DKN (Dewan Kehutanan Nasional). 2009. Prioritas Pembangunan Kehutanan: Menyelamatkan Kekayaan Multi-fungsi Hutan dan Mewujudkan Keadilan Alokasi Pemanfaatan Hutan. Jakarta
Hawitt, S. 2009. Discource Analysis and Public Policy Research. Centre for Rural Economy, Discussion Paper Series No. 24, 2009. New Castle University Kementerian Kehutanan, 2010. RKTN (Rencana Kehutanan Tingkat Nasional). Draft 20 Agustus 2010. Jakarta.
Hawitt, S. 2009. Kebijakan Pembangunan Hutan Tanaman Rakyat. Direktorat Bina Pengembangan Hutan Tanaman. Departemen Kehutanan. Jakarta. 
Ribot, J. C. and N. Peluso, 2003. A Theory of Access. Rural Sociology 68 (2): 153-181.

Comments

Popular posts from this blog

Makalah Pencemaran Laut dari Tumpahan Minyak (Oil Spill))

LAPORAN LENGKAP PRAKTIKUM INVENTARISASI SUMBER DAYA HUTAN “Angka Bentuk Pohon Hutan Tanaman Dan Struktur Serta Komposisi Tegakan Hutan Alam”

MAKALAH TAMAN HUTAN RAYA (TAHURA)