KETERIKAITAN KEBUDAYAAN SUKU TOLAKI MEKONGGA
DALAM BIDANG KEHUTANAN
MUH.FADLY
M1A116137
KEHUTANAN “D”
FAKULTAS KEHUTANAN DAN ILMU LINGKUNGAN
UNIVERSITAS HALU OLEO
KENDARI
2016
PRAKATA
Puji serta syukur saya kepada Allah SWT atas segala rahmat dan karunia-NYA makalah iniberhasil diselesaikan. Tema yang penulis pilih dalam makalah ini ialah nilai-nilai yang ada disuku mekongga dengan judul keterkaitan kebudayaan suku mekongga dalam bidang kehutanan
saya mengucapkan terimah kasih dalam kesempatan ini kepada kedua orang tua, serta seluruh keluarga yang telah memberika dukungan penuh terhadap saya baik secara moril maupun materil.Tidak lupa saya ucapkan terima kasih kepada Dosen Bapak hardin S.pd.M.pd Yang telah memberikan arahan kepada saya hingga dapat menyelesaikan makalah ini tepat pada waktunya.
Terimah kasih kepada kakek saya yang sebagai salah satu narasumber yang telah memberikan informasi-informasi terhadapat pamali-pamali yang terdapat dibidang kehutanan saya menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna maka dari itu kritik beserta saran yang membangun saya sangat harapkan untuk menjadi lebih baik . semoga makalah ini dapat memberikan manfaat bagi pembaca. Terimah Kasih
DAFTAR ISI
PRAKATA……………………………………………………………………………………… i
DAFTAR ISI………………………………………………………….…………………………ii
BAB I PENDAHULUAN ……………………………………………………………………… iii
LATAR BELAKANG…………………………………………………………………… 1
RUMUSAN MASALAH………………………………………………………….……. ..2
TUJUAN PENULIS……………………………………………………………………….3
MANFAAT PENULIS……………………………………………………………….…... 4
BAB II PEMBAHASAN…………………………………………………………………………5
2.1 MENJAWAB MASALAH……………………………………………………………… 6
PENUTUP…………………………………………………………………………………..… . 9
3.1 KESIMPULAN………………………………………………………………………… 3.1 SARAN………………………………………………………………………..…
DAFTAR PUSTAKA………………………………………………………………………… ...12
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. LATAR BELAKANG
Budaya atau kebudayaan berasal dari bahasa Sansekerta yaitu buddhayah, yang merupakan bentuk jamak dari buddhi (budi atau akal) diartikan sebagai hal-hal yang berkaitan dengan budi dan akal manusia. Kebudayaan dalam bahasa Inggris disebut culture. Kata tersebut sebenarnya berasal dari bahasa Latin = colere yang berarti pemeliharaan, pengolahan tanah menjadi tanah pertanian. Selanjutnya kata itu diberi arti “pembentukan dan pemurnian jiwa”. Manusia memiliki unsur-unsur potensi budaya yaitu pikiran (cipta), rasa, dan kehendak (karsa). Hasil ketiga potensi budaya itulah yang disebut kebudayaan. Dengan kata lain kebudayaan adalah hasil cipta, rasa dan karsa manusia dalam memenuhi kebutuhan hidupnya. Dengan cipta manusia mengembangkan kemampuan alam pikir yang menimbulkan ilmu pengetahuan. Dengan rasa manusia menggunakan panca inderanya yang menimbulkan karya-karya seni atau kesenian. Dengan karsa manusia menghendaki kesempurnaan hidup, kemuliaan dan kebahagiaan sehingga berkembanglah kehidupan Bergama dan kesusilaan
Keanekaragaman budaya yang ada di Indonesia harus dipandang sebagai sebuah kekayaan bukan kemiskinan. Bahwa Indonesia tidak memiliki identitas budaya yangtunggal bukan berarti tidak memiliki jati diri, namun dengan keanekaragaman budaya yang ada membuktikan bahwa masyarakat kita memiliki kualitas produksi budaya yang luar biasa, jika mengacu pada pengertian bahwa kebudayaan adalah hasil cipta manusia. Kebudayaan atau budaya menurut Bapak Antropologi Indonesia, Koenjtaraningrat(1996), adalah keseluruhan sistem gagasan, tindakan dan hasil karya manusia dalam rangka kehidupan masyarakat yang dijadikan milik diri manusia dengan belajar Bertitik tolak dari pemahaman tersebut konsep kebudyaan Indonesia dibangun oleh para pendahulu kita. Konsep kebudayaan Indonesia disini mengacu kepada nilai-nilai yang dipahami, dianut, dan dipedomani bersama oleh bangsa Indonesia.
Nilai-nilai inilah yang kemudian dianggap sebagai nilai luhur, sebagai acuan pembangunan Indonesia. Nilai-nilai itu antara lain adalah taqwa, iman, kebenaran, tertib, setia kawan, harmoni,rukun, disiplin, harga diri, tenggang rasa, ramah tamah, ikhtiar, kompetitif, kebersamaan, dan kreatif. Nilai-nilai itu ada dalam sistem budaya etnik yang ada di Indonesia. Nilainilai tersebut dianggap sebagai puncak-puncak kebudayaan daerah, sebagaimana sifat/cirri khas kebudayaan suatu bangsa Indonesia (Melalatoa, 1997: 102). Konsep kebudayaan Indonesia ini kemudian diikat dalam satu konsep persatuan dan kesatuan bangsa yaitu konsep Bhineka Tunggal Ika. kebudayaan tidak bisa hanya dilihat dari sisi isi kebudayaan itu sendiri karena keberadaannya tidak terlepas dari banyak faktor lain sehingga kebudayaan itu ada, berlangsung, dan berkembang. Satu faktor penting yang berkaitan dengan kebudayaan adalah masyarakat, tidak akan ada satu kebudayaan tanpa masyarakat, demikian sebaliknya. Sebagai satu bentuk persekutuan hidup , masyarakat itu sendiri adalah konsep dengan dimensi yang luas; meski kita sering menggunakan konsep masyarakat Indonesia, namun dalam kenyataannya kita tidak bisa membayangkan semua orang Indonesia yang berjumlah ratusan juta orang, biasanya yang terbayang hanyalahsekelompok orang-orang Indonesia di sekitar kita saja, di suatu lokasi tertentu. Seorang ahli sosiologi Indonesia, M. M. Djojodigoeno (1965), membedakan antara konsep „masyarakat dalam arti luas‟ dan „masyarakat dalam arti sempit‟; dalam konsep itu, masyarakat Indonesia adalah masyarakat dalam arti luas, dan masyarakat disekeliling kita apakah itu desa atau kota tertentu, maupun masyarakat warga kelompok kekerabatan seperti marga, dadia, atau suku bangsa adalah masyarakat dalam arti sempit.
Satu bentuk keberadaan lain dari masyarakat dalam dimensi yang lebih luas yaitu
dalam bentuk bangsa, sepertinya keanekaragaman kebudayaan itu lebih memungkinkan
kebedaraannya dalam lingkungan masyarakat yang lebih luas; bangsa Indonesia pantas
disebut sebagai bangsa yang besar karena memang memiliki potensi untuk menjadi besar,
tidak saja ditunjang oleh kewilayahan membentang luas, jumlah penduduk yang besar,
namun juga sarat dengan keanekaragaman masyarakat dan kebudayaan yang berbeda satu
dengan yang lain, mungkin hanya perbedaan ras saja yang tidak terlalu menyolok dari
keanekaragaman di atas. Secara teoritis sebenarnya sangat sulit untuk mempersatukan berbagai kepentingan yang berbeda dalam satu pedoman nilai yang dijadikan sebagai acuan bersama, masingmasing tinggal di daerah yang berbeda, mempunyai tradisi dan kebiasaan yang berbeda,
kebudayaan berbeda, dengan bahasa yang berbeda.
Dengan menempuh perjalanan sejarah yang panjang dan melelahkan bangsa Indonesia yang mulanya terdiri dari bangsa-bangsayang kecil seolah-olah telah dirancang untuk selalu bersama dalam menempuh suka dan duka, sama-sama menanggung derita dibawah dominasi kekuasaan bangsa asing, dan sama-sama berjuang untuk membebaskan diri dari dominasi tersebut membuat segenap warga yang hidup di sebaran kepulauan Indonesia merasa sebagai satu kesatuan; lahir tumbuh, dan berkembangnya bangsa Indonesia adalah hasil kesejarahan,keadaan inilah yang menjadi salah satu potensi terbesar dimiliki dari keberadaan bangsa Indonesia. Agaknya tidak ada satu bangsa pun di dunia ini yang dapat mengimbangi kebersatuan dari kebhinekaan yang ada seperti yang terjadi di Indonesia ini; kalau ada orang yang menganggap dirinya sebagai bagian dari masyarakat Indonesia tentu ia akan bangga dengan keadaan ini, dan bila ada yang berbeda dengan itu, patut dipertanyakan warga masyarakat mana dia?
Keadaan inilah yang menjadi tantangan kita , sebagai warga masyarakat Indonesia
sedini mungkin kita harus menyadari arti suatu kehidupan bersama; kita tidak bisa hidup
sendiri, kita senantiasa memerlukan orang lain untuk saling bekerja sama dengan siapapun kita hidup. Terkadang orang lupa atau sengaja melupakan tentang keberadaan dirinya bila dihubungkan dengan orang lain, mereka hanya ingat apa yang seharusnya orang lain berikan pada kita, bukan apa yang seharusnya kita berikan pada orang lain; atau dengan kata lain orang akan selalu ingat tentang fasilitas dan hak dan cenderung mengabaikan apa yang menjadi tugas atau kewajibannya.Menurut Croydon ( 1973:4) Budaya adalah system pola yang terpadu yang sebagian besar berada di ambang batas kesadaran namun semua yang mengatur perilaku manusia sepasti senar manipulasi dari control boneka gerakanya
1.2 RUMUSAN MASALAH
Bagaimana keterkaitan suku tolaki mekongga dalam bidang kehutanan ?
1.3 TUJUAN PENULIS
Penulisan makalah ini bertujuan untuk mengetahui apa keterkaitan kebudayaan
yang terdapat di Suku Tolaki Mekongga di bidang kehutanan.
MANFAAT PENULIS
Agar dapat mengetahui keterkaitan kebudayaan dalam bidang kehutanan
Agar mengetahui nilai-nilai yang terkandung di kebudayaan dalam bidang kehutanan
BAB II.
PEMBAHASAN
2.1 KETERKAITAN KEBUDAYAAN SUKU TOLAKI MEKONGGA DI
BIDANG KEHUTANAN
Indonesia merupakan negara kesatuan yang terdiri dari banyak suku budaya, dari Sabang sampai Meraoke yang keseluruannya merupakan wilayah indonesia memiliki budaya yang khas pada masing-masing wilayah tersebut. Ratusan kebudayaan asli Indonesia tersebut mempunyai ciri-ciri yang tidak ada kesamaan satu sama lainnya. Hal yang paling mendasar yang mempengaruhi perbedaan ke-khas-an suatu kebudayaan adalah letak wilayah geografis si-empunya kebudayaan. Kebudayaan yang masyarakatnya berada di wilayah pegunungan akan sangat berbeda dengan kebudayaan yang berkembang di daerah pesisir. Hal ini disebabkan oleh pengaruh letak geografis yang akan mempengaruhi pola pikir suatu masyarakat dan kemudian masyarakat tersebut dengan pola pikir yang telah terpengaruh letak dan keadaan geografis membuat budaya-budaya yang tentu akan tidak sama dengan yang lainnya.
Kebudayaan Suku Tolaki Mekongga mempunyai kaitan yang sangat erat dibidang kehutanan seperti rumah adat suku tolaki yang di sebut RUMAH KOMALI yang dimana rumah tersebut mempunyai 9 jajar tiang dengan diperkuat balok melintang (powuatako) dan memanjang (nambea). Di suku tolaki mekongga mempunyai Nilai spiritual sebelum kita menebang pohon untuk di jadikan bahan untuk membuat seperti rumah . menurut narasumber sebelum kita menebang pohon kita lebih dulu untuk meminta izin kepada mahluk atau penghuni yang tinggal agar tidak terjadi apa-apa saat penebangan . narasumber juga menceritakan jika hendak ingin mengetahui pohon yang mempunyai penghuni atau tidak kita harus menancapkan benda tajam seperti kapak atau parang selama 1 malam jika kapak atau parang masih menempel di pohon itu pertanda pohon tersebut tidak berpenghuni tetapi jika kapak atau parang terlepas dari pohon tersebut itu bertanda bahwa pohon itu mempunyai penghuni
Narasumber memberitahukan jika kita berada dihutan kita tidak boleh untuk bicara sembarang atau berkata kasar ini sama saja menyinggung perasaan penghuni hutan yang tidak dilihat oleh kasat mata. Kita juga dilarang untuk menegur apabila melihat hal-hal aneh karena jika kita menegur kita akan sakit ketika kita pulang dari hutan .
Keterkaitan yang lain dalam bidang kehutanan di suku tolaki mekongga adalah obat tradisional. Menurut narasumber obat tradisional yang berasal dari hutan adalah Rotan(O’ue) ketika terluka kita bisa melakukan denga tumbuhan tersebut dengan cara kita membakar pucuk rotan tersebut dan kita tunggu sampai airnya kemudian teteskan pada luka tersebut. Obat in sangat berguna apabila kita terluka di hutan obat tersebut sangat ampu atau mancur
Obat yang lain adalah bambang(onese) yang cara mengobatinya dengan cara mengambil ampas dari tumbuhan tersebut lalu kita peraskan kepada luka tersebut . bagi masyarakat suku tolaki mekongga sangat banyak menggunakan tumbuhan dari hutan untuk di jadikan obat tradisonal karena mempunyai manfaat yang sangat baik untuk mengobati penyakit-penyakit dalam.
Ini menandakan bahwa hubungan keterkaitan kebudayaan suku tolaki mekongga sangat erat karena suku mekongga banyak mengambil tumbuh-tumbuhan dari hutan dan dijadikan bahan sebagai bahan obat tradisonal
Suku tolaki mekongga menjadikan pohon sagu sebagai salah satu makanan pokok masyarakat suku tolaki. Yang dikenal dengan nama sinonggi dan mempunyai kesamaan dengan masyarakat Maluku dan papua. Sagu ini dimakan untuk mengganti beras bila tidak ada. Sinonggi adalah makanan yang enak dan masih ada sammpai sekarang dan menjadi makanan khas dari masyarakat suku tolaki
Keterkaitan suku tolaki mekongga dalam bidang kehutanan adalah adat istiadat yang disbut dengan kalo sara. Kalo sara in terbuat dari tumbuhan rotan yang menjadi symbol suku tolaki-mekongga yang mempunyai makna keterbukaan untuk menerima perbedaan dan menjalin perbedaan menjadi suatu ikatan yang kuat dalam suasana persaudaraan. Makna kalo ini dapat di jadikan suatu dasar berpikir dalam menciptakan rekonsilisiasi antar budaya dan antar agama di Indonesia. Walaupun kalo dapat dikatakan sekedar lambing adat biasa tetapi kalo mempunyai nilai religius yang sangat mendalam bagi kehidupan umat manusia dalam dunia yang telah diciptakan Allah untuk menjalin kehidupan dalam suasana persaudaraan yang merupakan salah satu bentuk beribadah kepada tuhan
Dalam bidang pertanian Suku tolaki mekongggamempunya tarian yang bermakna puji syukur kepada tuhan atau pencipta yaitu dengan adanya tarian MODINGGU yang dimana tarian in di pentaskan saat pesta panen. Nilai yang terdapat pada tarian tersebut ialah rasa bersyukur kepada tuhan bahwa padi yang ditanam berhasil dipanen.
BAB III
PENUTUP
3.1 KESIMPULAN
Dari pembahasan di atas kita bisa menarik kesimpulan bahwa kebudayaan dan hutan mempunyai keterkaitan yang sangat kuat Kebudayaan suku tolaki mekongga sangat mempunyai kaitan erat dengan hal ini karena masih banyak masyarakat suku tolaki banyak menggunakan obat-obat tradisonal dari hutan. Ini menandakan bahwa manusia tidak luput dari namanya hutan. Dan kebudayaan masyarakat suku tolaki mekongga mempunyai nilai-nilai religious dan spiritual yang di mana telah di bahas dalam pembahasan diatas
3.2 SARAN
Saya ingin menyarankan kepada manusia agar tidak merusak hutan karena masih banyak manusia-manusia yang bergantung pada hutan. Dan saya ingin saran jika memasuki hutan haruslah kita memberi salam karena dihutan ada mahkluk yang tidak dilihat dari kasat mata yang mudah tersinggung apabila kita tidak berlaku sopan ketika di hutan. Dan saya sarankan khususnya masyrakat suku tolaki mekongga agar tetap menjaga kearifan lokal. Jangan sekali-sekali menghilangkan kebudayaan atau meninggalkan karena menurut saya kebudayaan adalah sebuah identitas dari kita.
DAFTAR PUSTAKA
Croydon .1973:4. harian netral.com diakses tahun 2013
Melalatoa, Junus M. ed. (1997). Sistem Budaya Indonesia, Jakarta: Kerjasama FISIP
Universitas Indonesia dengan PT. Pamator
Koentjaraningrat. (1996). Pengantar Ilmu Antropologi; Jakarta: Rineka Cipta.
Comments
Post a Comment