LAPORAN LENGKAP PRAKTIKUM
INVENTARISASI SUMBER DAYA HUTAN
“Angka Bentuk Pohon Hutan Tanaman Dan Struktur Serta Komposisi Tegakan Hutan Alam”
Oleh:
KELOMPOK VII (TUJUH)
PROGRAM STUDI KEHUTANAN
JURUSAN KEHUTANAN
FAKULTAS KEHUTANAN DAN ILMU LINGKUNGAN
UNIVERSITAS HALU OLEO
2019
LAPORAN LENGKAP PRAKTIKUM
INVENTARISASI SUMBER DAYA HUTAN
“Angka Bentuk Pohon Hutan Tanaman Dan Struktur Serta Komposisi Tegakan Hutan Alam”
Oleh:
KELOMPOK VII (Tujuh)
Ayu Hidayati (M1A1 16 163)
Muhamad Pajar (M1A1 16 099)
Zahirul (M1A1 16 083)
Agus Salim (M1A1 16 199)
Arlin (M1A1 16 125)
Risna (M1A116 108)
Yutri (M1A1 16 151)
Wa Ode Indahyani (M1A1 16 070)
Dwy Handayani (M1A1 16 093)
Sahrun (M1A1 16 174)
Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Meluluskan
Praktikum Mata Kuliah Pemanenan Hasil Hutan
PROGRAM STUDI KEHUTANAN
JURUSAN KEHUTANAN
FAKULTAS KEHUTANAN DAN ILMU LINGKUNGAN
UNIVERSITAS HALU OLEO
2019
HALAMAN PENGESAHAN
Judul : Angka Bentuk Pohon pada Hutan Tanaman dan Struktur Serta Komposisi Tegakan Hutan Alam
Kelompok : VII (Tujuh)
Program Studi : Kehutanan
Fakultas : Kehutanan dan Ilmu Lingkungan
Telah Disetujui Oleh:
Asisten Praktikum,
Aladin Tunda
NIM. M1A1 14 131
Mengetahui,
Koordinator Mata Kuliah
Dr. Ir. Hj. Rosmarlinasiah, MP
NIP. 19610527 198603 2 002
Tanggal Disetujui: Desember 2018
KATA PENGANTAR
Bismillahirrahmanirrahiim.
Assalamu’alaikum, wr. wb.
Puji dan syukur senantiasa kami panjatkan kehadirat Allah Subhana Wata’ala, shalawat serta salam semoga senantiasa dilimpahkan kepada Nabi Muhammad SAW, juga untuk para keluarga, sahabat dan pengikutnya sampai akhir zaman. Karena atas rahmat-Nya, penyusun dapat menyelesaikan penyusunan laporan ini.
Laporan ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah “Inventarisasi Sumber Daya Hutan” dengan judul laporan “Angka Bentuk Pohon pada Hutan Tanaman dan Struktur serta Komposisi Tegakan Hutan Alam”. Penyusun menyadari bahwa laporan ini masih jauh dari kesempurnaan baik materi maupun bahasanya, maka penyusun mengharapkan saran dan kritik yang membangun untuk perbaikan makalah ini. Semoga makalah ini dapat memberikan manfaat bagi semua pihak. Amin.
Wassalamu’alaikum, wr. Wb.
Kendari, Januari 2019
Penulis
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN SAMPUL i
HALAMAN JUDUL ii
HALAMAN PENGESAHAN iii
KATA PENGANTAR iv
DAFTAR ISI v
DAFTAR TABEL vi
DAFTAR LAMPIRAN vii
I. PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang 1
1.2. Rumusan Masalah 4
1.3.Tujuan dan Kegunaan 4
II. TINJAUAN PUSTAKA
Hutan Alam dan Hutan Tanaman 6
Struktur dan Komponen Hutan Alam 8
Angka Bentuk 10
Penentuan Volume 12
III. METODOLOGI PRAKTIKUM
Tempat dan Waktu 15
Alat dan Bahan 15
Populasi dan Sampel 15
Jenis dan Sumber Data 16
Prosedur Praktikum 16
Variabel Penelitian 17
Analisis Data 17
Konsep Operasional 18
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1. Hasil 21
4.2. Pembahasan 25
V. PENUTUP
5.1. Kesimpilan 28
5.2. Saran 28
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
DAFTAR TABEL
Nomor Teks Halaman
Angka Bentuk Pohon Hutan Tanaman 22
Analisis Vegetasi Pohon 23
Analisis Vegetasi Tiang 23
Analisis Vegetasi Pancang 24
Analisis Vegetasi Semai 25
DAFTAR LAMPIRAN
Nomor Teks Halaman
Dokumentasi Praktikum 31
RIWAYAT HIDUP
Nama Ayu hidayati, biasa di panggil Ayu. Mahasiswa Jurusan Kehutanan Fakultas Kehutanan dan Ilmu Lingkungan. Lahir di Lamong jaya, 30 Desember 1998, sebagai anak kedua dari tiga bersaudara, pasangan dari ayah alm. Zaini, dan ibu bernama Sri Ayem. Penulis memulai pendidikan Sekolah Dasar pada SD Negeri 1 Lamong jaya, selesai pada tahun 2010. Kemudian melanjutkan pendidikan Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama di SMP Negeri 2 Konawe Selatan, selesai pada tahun 2013 dan meyelesaikan pendidikan SekolahMenengah Umum di SMA Negeri 3 Konawe Selatan, selesai pada tahun 2016. Pada tahun yang sama, penulis terdaftar sebagai mahasiswa yang lolos pada Seleksi Bersama Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SBMPTN) pada Jurusan Kehutanan Fakultas Kehutanan dan Ilmu Lingkungan Universitas Halu Oleo, Kendari. Sampai saat ini penulis masih aktif dalam proses perkuliahan.
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Indonesia merupakan Negara yang dikenal memiliki tingkat biodiversity yang tinggi dan potensi kekayaan alam yang melimpah didukung oleh wilayah yang luas dengan banyak kepulauan dan berada di daerah tropis (Samin et all, 2016). Salah satu potensi kekayaan sumber daya alam yang dimiliki indonesia yaitu sumber daya hutan. Menurut Cahyanto et all (2014) sumber daya alam khususnya sumber daya hutan merupakan salah satu sumber daya yang sangat penting dan potensial bagi kehidupan manusia sehingga perlu dijaga keberadaannya sebagai fungsi penyangga kehidupan.
Hutan merupakan lahan yang di dalamnya terdiri dari berbagai tumbuhan yang membentuk suatu ekosistem dan saling ketergantungan. Spurr (1973), mendefinisikan bahwa hutan merupakan sekumpulan pohon-pohon atau tumbuhan berkayu lainnya yang pada kerapatan dan luas tertentu mampu menciptakan iklim setempat serta keadaan ekologis berbeda dengan di luarnya (Dendang, 2012). Pada umumnya, hutan-hutan berbeda dalam hal jumlah dan volume pohon per hektar serta luas bidang dasar. Perbedaan antara sebuah tegakan yang rapat dan jarang, mudah dilihat dengan kriteria pembukaan tajuknya. Sedangkan kerapatan berdasarkan volume, luas bidang dasar dan jumlah batang per hektar, dapat diketahui melalui pengukuran.
Hutan alam terdiri dari berbagai macam asosiasi kehidupan, baik tumbuh-tumbuhan (flora) maupun binatang (fauna) dari yang sedang sampai yang bertingkat tinggi dan dengan luas sedemikian rupa serta mempunyai kerapatan tertentu dan menutupi areal, sehingga dapat membentuk iklim mikro tertentu. Hal ini membuktikan ialah komponen utama penyusun hutan alam yaitu komunitas flora dan fauna yang saling berkaitan satu sama lain. Keberadaan flora dan fauna yang menjadi satu-kesatuan dalam menyusun ekosistem hutan dan membentuk keanekaragaman hayati. Struktur vegetasi hutan alam juga lebih kompleks dan juga akan mempengaruhi terhadap tebalnya serasah yang ada di atas permukaan tanah dan juga mempengaruhi ekosistem tanah itu sendiri ( Fahmi et al, 2015).
Keberadaan tumbuhan bawah di lantai hutan dapat berfungsi sebagai penahan pukulan air hujan dan aliran permukaan sehingga meminimalkan bahaya erosi. Selain itu, tumbuhan bawah juga sering dijadikan sebagai indikator kesuburan tanah dan penghasil serasah dalam meningkatkan kesuburan tanah. Selain fungsi ekologi, beberapa jenis tumbuhan bawah telah diidentifikasi sebagai tumbuhan yang dapat dimanfaatkan sebagai bahan pangan, tumbuhan obat, dan sebagai sumber energi alternatif. Namun tidak jarang juga tumbuhan bawah dapat berperan sebagai gulma yang menghambat pertumbuhan permudaan pohon khususnya pada tanaman monokultur yang dibudidayakan.
Vegetasi merupakan kumpulan tumbuh-tumbuhan biasanya terdiri dari beberapa jenis yang hidup bersama-sama pada suatu tempat. Dalam mekanisme kehidupan bersama tersebut terdapat interaksi yang erat baik diantara sesama individu penyusun vegetasi itu sendiri maupun dengan organisme lainnya sehingga merupakan suatu sistem yang hidup dan tumbuh serta dinamis.
Analisa vegetasi adalah cara mempelajari susunan (komponen jenis) dan bentuk (struktur) vegetasi atau masyarakat tumbuh-tumbuhan. Hutan merupakan komponen habitat terpenting bagi kehidupan oleh karenanya kondisi masyarakat tumbuhan di dalam hutan baik komposisi jenis tumbuhan, dominansi spesies, kerapatan nmaupun keadaan penutupan tajuknya perlu diukur. Selain itu dalam suatu ekologi hutan satuan yang akan diselidiki adalah suatu tegakan, yang merupakan asosiasi konkrit.
Keanekaragaman merupakan suatu komunitas yang memiliki karakteristik yang berbeda dengan komunitas lainnya. Karakteristik komunitas pada suatu lingkungan adalah keanekaragaman hayati, makin beranekaragam komponen biotik (Biodiversitas), maka makin tinggi keanekaragaman. Makin kurang beranekaragam maka dikatakan keanekaragaman hayati rendah (Wijana, 2014).
Keanekaragaman ekosistem didasarkan pada adanya variasi komponen-komponen penyusun ekosistem. Sebagaimana diketahui bahwa ekosistem merupakan satu kesatuan utuh antara makhluk hidup dengan lingkungannya, baik lingkungan biotickmaupun lingkungan abiotik dan komponen-komponen tersebut saling berinteraksi di dalamnya (Swalaya, 2013).
Kebun Raya Universitas Halu Oleo merupakan kawasan suaka alam yang berhubungan dengan keadaan alamnya yang khas termasuk alam nabati, yang perlu dilindungi untuk kepentingan ilmu pengetahuan dan kebudayaan. Tumbuhan yang dapat tumbuh dicagar alam tersebut dapat berupa pohon, perdu, semak, herba dan berbagai tumbuhan.
Kurva spesies area dalam Kebun Raya Universitas Halu Oleo adalah grafik yang menggambarkan hubungan antara jumlah jenis dengan ukuran kuadrat. Grafik itu biasanya menunjukkan pola pertambahan jumlah jenis yang relative tajam pada ukuran kuadrat kecil sampai pada suatu titik tertentu dan sesudah itu semakin mendatar seiring dengan peningkatan ukuran kuadrat. Kurva spesies area ini dapat digunakan untuk menentukan luas kuadrat tunggal minimum yang mewakili suatu komunitas tumbuhan dari segi jenis penyusun.
Berdasarkan statusnya sebagai kawasan konservasi, Kebun Raya Universitas Halu Oleo memiliki keanekaragaman dan potensi tumbuhan yang perlu dilestarikan. Salah satu langkah penting yang perlu dilakukan dalam kaitannya dengan pengelolaan sumber daya hayati adalah dengan mengetahui berbagai jenis flora tumbuhan bawah yang tumbuh disana dan bagaimana penyebarannya berdasarkan iklim dan topografinya.
Rumusan Masaalah
Bedasarkan uraian diatas maka rumusan masaalah praktikum ini yaitu bagaimana menentukan angka bentuk hutan tanaman dan untuk mengetahui struktur dan komposisi hutan alam Kebun Raya Universitas Halu Oleo.
Tujuan dan Kegunaan
Tujuan praktikum ini adalah sebagai berikut :
Untuk mengetahui angka bentuk hutan tanaman Kebun Raya Universitas Halu Oleo.
Untuk mengetahui intensitas sampling di Kebun Raya Universitas Halu Oleo..
Untuk mengetahui struktur dan komposisi hutan alam di Kebun Raya Universitas Halu Oleo
Kegunaan praktikum ini adalah sebagai berikut :
Agar dapat mengetahui angka bentuk hutan tanaman di Kebun Raya UniversitasHalu Oleo.
Agar dapat mengetahui intensitas samplin di Kebun Raya Universitas Halu Oleo.
Agar dapat mengetahui struktur dan komposisi hutan alam di Kebun Raya Universitas Halu Oleo.
TINJAUAN PUSTAKA
Hutan Alam dan Hutan Tanaman
Hutan alam terdiri dari berbagai macam asosiasi kehidupan, baik tumbuh-tumbuhan (flora) maupun binatang (fauna) dari yang sedang sampai yang bertingkat tinggi dan dengan luas sedemikian rupa serta mempunyai kerapatan tertentu dan menutupi areal, sehingga dapat membentuk iklim mikro tertentu. Hal ini membuktikan ialah komponen utama penyusun hutan alam yaitu komunitas flora dan fauna yang saling berkaitan satu sama lain. Keberadaan flora dan fauna yang menjadi satu-kesatuan dalam menyusun ekosistem hutan dan membentuk keanekaragaman hayati. Struktur vegetasi hutan alam juga lebih kompleks dan juga akan mempengaruhi terhadap tebalnya serasah yang ada di atas permukaan tanah dan juga mempengaruhi ekosistem tanah itu sendiri ( Fahmi et al, 2015).
Hutan alam memiliki fungsi ekologis yang sangat vital dalam menjaga keseim-bangan ekosistem. Salah satu di antara-nya adalah fungsi hutan alam dalam men-jaga iklim di dalam kawasan hutan mau-pun di luar hutan. Hal ini terkait dengan kemampuan tegakan hutan untuk menye-rap karbondioksida dan melepaskan oksi-gen dalam proses fotosintesis. Semakin banyak karbondioksida yang diserap oleh tanaman dan disimpan dalam bentuk bio-masa karbon maka semakin besar penga-ruh buruk efek gas rumah kaca dapat di-kendalikan. Meningkatnya suhu permu-kaan bumi akan mengakibatkan terjadi-nya perubahan iklim yang sangat ekstrim di bumi. Hal ini dapat menyebabkan ter-ganggunya hutan dan ekosistem lainnya, dan kemampuan vegetasi untuk menye-rap karbondioksida di atmosfer berada dalam keadaan sub optimum (samsoedin et al., 2009).
Hutan alam merupakan bagian dari lahan terbatas yang terus menciut, dimana konversi menjadi lahan pertanian merupakan ancaman terbesar di berbagai negara tropis. Lahan garapan yang berbatasan atau baru dibuka kemungkinan dapat mempertahankan pohon-pohon yang tertinggal atau memungkinkan regenerasi pohon secara alami. Namun demikian, hal ini masih belum cukup untuk menyediakan sejumlah barang dan jasa lingkungan seperti yang sebelumnya tersedia dari hutan yang tidak terganggu. Sementara konversi hutan menjadi lahan pertanian pada satu sisi dapat meningkatkan pendapatan masyarakat pedesaan, namun seringnya, deforestasi telah mendorong pemiskinan ekosistem maupun masyarakat (CGIAR, 2010).
Hutan tanaman adalah hutan yang ditanami dengan tanaman industri dengan tujuan untuk memenuhi kebutuhan bahan baku industri. Hutan tanaman yang bersifat monokultur dan adanya dominasi campur tangan manusia menyebabkan tidak seimbangnya faktor-faktor lingkungan di hutan tanaman (Prakoso, 2017).
Hutan tanaman biasanya hanya memiliki satu jenis tanaman seumur yang ditanam dalam skala luas. Maka, dampak yang langsung terlihat dari konversi hutan alam menjadi hutan tanaman adalah penyederhanaan struktur dan komposisi jenis penyusun hutan. Hutan alam yang terstratifikasi secara vertical kedalam beberapa lapisan tajuk, berubah menjadi hutan yang hanya memiliki satu lapisan tajuk pohon. Secara horizontal, hutan tanaman merupakan hamparan yang homogen (Wiryono, 2011).
Hutan tanaman biasanya hanya memiliki satu jenis tanaman seumur yang ditanam dalam skala luas. Maka, dampak yang langsung terlihat dari konversi hutan alam menjadi hutan tanaman adalah penyederhanaan struktur dan komposisi jenis penyusun hutan. Hutan alam yang terstratifikasi secara vertical kedalam beberapa lapisan tajuk, berubah menjadi hutan yang hanya memiliki satu lapisan tajuk pohon. Secara horizontal, hutan tanaman merupakan hamparan yang homogen (Mindayanti et al., 2013).
Sturktur dan Komponen Hutan Alam
Hutan merupakan kesatuan ekosistem dengan berbagai komponen sumberdaya alam hayati beserta alam lingkungannya yang tidak dapat dipisahkan satu dengan yang lainnya. Berbagai macam komponen yang saling terkait dalam hutan menjadikan hutan sebagai obyek yang kompleks dan tidak mudah untuk dikelola. Padahal, hutan mampu memberikan manfaat secara lestari apabila dikelola dengan sistem yang benar. Sistem pengelolaan hutan akan terwujud apabila pengelolaan hutan dilakukan secar berkelanjutan atau Sustainable Forest Management (SFM) (Herianto, 2017).
perambahan hutan mengakibatkan terjadinya perubahan pada struktur vegetasi. Pada hutan alam teridentifikasi memiliki jumlah jenis sebanyak 18 jenis untuk tingkat semai, 16 jenis untuk tingkat pancang, 15 jenis untuk tingkat tiang dan 34 jenis untuk tingkat pohon. Pada hutan terdegradasi memiliki jumlah jenis sebanyak 2 jenis untuk tingkat semai, 4 jenis untuk tingkat pancang, 5 jenis untuk tingkat tiang dan 5 jenis untuk tingkat pohon (Kusumo et al., 2016).
Hutan di Indonesia memiliki keanekaragaman hayati (biodiversity) yang sangat tinggi, sehingga termasuk negara megabiodiversity yang hanya tertandingi oleh Brazil dan Zaire. Biodiversitas diperlukan untuk memenuhi kebutuhan manusia dan banyak kebutuhan yang dapat diperoleh dari hutan seperti pangan, sandang, obat-obatan, penyedia oksigen, dan penyerap karbon dioksida. Salah satu cara terpenting untuk dapat menjamin agar biodiversitas tetap lestari sehingga dapat lebih memenuhi kebutuhan manusia sekarang dan masa yang akan datang adalah dengan menetapkan dan mengelola kawasan-kawasan yang dilindungi. Termasuk hal ini adalah penetapan dan pengelolaan taman nasional yang merupakan salah satu cara memperoleh manfaat sumberdaya hutan selain kayu, sehingga manfaatnya dapat dinikmati secara lestari lintas generasi. Pengelolaan taman nasional telah diarahkan agar dapat berfungsi untuk melindungi sistem penyangga kehidupan, pengawetan keanekaragaman hayati beserta ekosistemnya, dan pemanfaatan secara lestari sumberdaya alam hayati beserta ekosistemnya. Untuk mengelola keanekaragaman hayati ini diperlukan strategi yang dapat dikembangkan, dan menurut Setiadi (2005) ada tiga aspek yang tercakup di dalamnya yaitu melindungi, mempelajari, dan memanfaatkan. Mempelajari struktur dan komposisi vegetasi yang terdapat di dalam taman nasional merupakan salah satu langkah untuk mendapatkan pengetahuan yang baik tentang ekologi dasar yang diperlukan dalam pengembangan suatu skema pengelolaan hutan secara lestari (Dendang dan Handayani, 2015).
Struktur tegakan dan komposisi jenis merupakan dua hal yang harus diketahui dalam memahami dinamika suatu hutan (Shugart dan West, 1981 dalam Favrichon, 1998). Keduanya merupakan data karakteristik tegakan yang harus diketahui sehubungan dengan langkah kebijaksanaan yang harus ditempuh dalam operasional kegiatan pengelolaan hutan, baik dalam pemungutan hasil maupun pembinaan tegakan. Menurut Nguyen-The et al.(1998), mempelajari dinamika suatu hutan dan karakteristiknya merupakan prasyarat dasar dalam mengelola hutan secara lestari; oleh karena informasi ini sangat penting untuk mengetahui bagaimana hutan akan memberikan respon terhadap gangguan-gangguan alam maupun terhadap perlakuan-perlakuan silvikultur (Krisnwati, 2003).
Richard (1966) dalam Deviyanti (2010) menggunakan istilah komposisi jenis untuk menyatakan keberadaan jenis-jenis pohon di dalam hutan. Selanjutnya dinyatakan juga bahwa ciri hutan hujan tropika yang menyolok adalah mayoritas penutupnya terdiri dari tumbuhan berkayu berbentuk pohon. Sebagian besar tanaman pemanjat dan beberapa jenis epifit yang berkayu, tanaman bawah terdiri dari tanaman berkayu, semai dan pancang, belukar dan liana muda. Tumbuhan herba yang ada adalah beberapa epifit sebagai bagian dari tanaman bawah dalam proporsi yang relatif kecil. Pengertian struktur vegetasi dapat berlainan tergantung pada tujuan penggunaan istilah tersebut, sehingga beberapa ahli memberi arti yang berbeda- beda (Istomo 1994). Richards (1966) menerangkan istilah struktur digunakan untuk menerangkan sebaran individu tumbuhan dalam suatu lapisan tajuk. Sedangkan menurut Danserreau (1957) diacu dalam Mueller-Dumbois and Ellenberg (1974) struktur vegetasi adalah organisasi dalam ruang dan individuindividu yang membentuk suatu tegakan. Elemen primer struktur vegetasi adalah bentuk tumbuhan, stratifikasi dan penutupan tajuk.
Angka Bentuk
Data potensi tegakan pada umumnya diperoleh dari hasil kegiatan inventarisasi, dimana dalam inventarisasi tersebut massa tegakan ditaksir melalui pendugaan volume setiap pohon penyusun tegakan yang bersangkutan. Beragamnya keadaan tegakan menurut tempat tumbuh dan lingkungannya menyebabkan bentuk batang pohon bervariasi dari suatu kondisi tempat tumbuh dengan kondisi tempat tumbuh yang berbeda. Sehubungan dengan itu, cara penaksiran volume pohon secara seragam dengan menggunakan perangkat penduga volume pohon yang menggunakan satu macam angka bentuk batang sebaiknya dihindarkan karena hal tersebut merupakan sumber kesalahan hasil taksiran (Susila, 2012).
Sampai saat ini pendugaan voLume pohon untsuk jenisjenis hutan alam menggunakan angka bentuk rata-rata sebesar 0,7 soemarna (19?3) mengetmrkakan batrwa penggrunaan angka bentuk rata-rata 0,7 bagi semua jenis dan segala kondisi tegakan hutan sering menghasilkan dugaan volume yang tidak akurat. untuk jenis-jenis pohon tertentu nilai dugaan yang diperoleh kemungkinan akan under atau over stjrnate. Selain itu, beberapa penelitian (misalnya wahjono dan soemarna, 1985) dan Soemarna dan Siswanto (1985 a dan 1985 b ). menunjukkan bahwa penggunaan angka bentuk'batang 0,7 untuk penyusunan tabel isi pohon mengandung bias positif (over estimate). Adanya bias positif tentu saja mengakibatkan terjadinya over estjmaFe atas Potensi massa tegakan dan penentuan AAC yang salah pada akhirnya membahayakan kelestarian sumber daya hutan serta kelangsungan Pengrusahaan (Krisnawati et al., 2015)
Angka bentuk atau faktor bentuk (form factor) merupakan suatu nilai/angka hasil perbandingan antara volume pohon dan volume silinder yang besarnya kurang dari satu. Angka bentuk pohon dapat didefinisikan sebagai berikut : a. Merupakan konstanta untuk mengkoreksi volume silinder guna mendapatkan volume sebenarnya pohon pada dimensi tinggi dan diameter setinggi dada yang sama. b. Merupakan suatu angka pecahan (<1) hasil dari pembagian antara volume sebenarnya pohon oleh volume silinder yang memiliki dimensi diameter setinggi dada dan tinggi yang sama. Macam-macam angka bentuk pohon menurut dimensi pohon yang digunakan untuk perhitungan yaitu : angka bentuk pohon absolut, setinggi dada, dan normal (Wijayanti, 2008).
Salah satu sumber kesalahan (error) dalam pendugaan volume kayu di hutan rakyat adalah alat penduga volume pohon. Selain menggunakan model volume, pendugaan volume pohon dapat dilakukan dengan menggunakan angka bentuk pohon dan persamaan taper pohon (Ardelina et al., 2015).
Pendugaan volume dengan menggunakan angka bentuk batang dalam penaksiran potensi tegakan akan memberikan perbedaan nilai yang besar dari kondisi yang sebenarnya. Penaksiran dengan cara menggunakan angka bentuk batang yang umum diguna- kan sebesar 0,7 diduga merupakan salah satu sumber kesalahan dalam penaksiran sehingga dapat mengakibatkan perbedaan yang cukup besar antara angka taksiran dengan angka sebenarnya (Abdurachman dan Purwaningsih, 2012).
Penentuan Volume
Volume merupakan besaran tiga dimensi dari suatu benda yang dinyatakan dalam satuan kubik. Besaran ini diturunkan dari setiap besaran panjang. Dengan demikian bila panjang-panjang tersebut, yaitu tinggi, lebar, dan ketebalan diketahui maka volume dapat ditentukan (Sabri 1995).
Kewilaa dan Tehupeiory (2014) mengatakan bahwa Hal-hal pokok yang menjadi permasalahn dalam menentukan volume kayu adalah variasi diameter dan panjang log. Telah diketahui bahwa metode penetapan volume yang berbeda bias menghasilkan volume yang berbeda (FAO, 2009). Berdasarkan hal tersebut maka diduga bahwa metoda penetapan volume dengan Brereton akan berbeda dengan penetapan volume dengan cara integral. Ada sejumlah rumus volume log yang berbeda, misalnya Smalian, Huber, dan Newton, ada yang memiliki kelebihan dan kelemahan, tergantung pada dimensi log dan bentuk. Semua rumus tersebut akan memberikan hasil yang sama ketika konversi pengukuran diterapkan secara seragam pada log dengan parameter khas (Gambar 1). Gambar 1 adalah contoh perhitungan volume dengan menggunakan pembulatan logis dari dua rumus yang berbeda (Smalian dan Huber). Berdasarkan UNECE/FAO, (2009) dalam FAO,(2010), dalam hal harmonisasi faktor konversi
Bentuk penampilan batang merupakan faktor dalam penentuan model untuk menduga volume pohon. Namun pertumbuhan pohon yang bervariasi akan menyebabkan bentuk dan ukuran yang berbeda. Oleh karena itu, pendugaan volume pohon yang bersifat umum harus dihindarkan karena akan menghasilkan dugaan yang kurang akurat antara angka dugaan dengan sebenarnya (Sahuri, 2017).
Karena perbedaan diameter pada pangkal dan ujung suatu batang atau log seperti yang diterangkan.ada beberapa cara untuk menetukan diameter mana yang akan dimasukan ke dalam rumus penaksiran volume itu. Dalam hal ini muncul tiga macam alternatif, sehingga ada tiga macam rumus untuk menaksir volume log. Ketiga rumus tersebut dikenal secara luas yaitu:
a. Rumus Huber : V = ¼ π
b. Rumus Smalian : V = ¼ π (
c. Rumus newton : V = 1/24 π (d1² + d0,5² + d2²) × L
Keunggulan masing-masingrumus diatas bergantung pada penerapannya untuk bagian mana yang akan di taksir volumenya yaitu bagian pangkal, bagian tengah atau puncak (Putri, 2014).
Muhdin (1999) Dari hasil studi ini diharapkan dapat diperoleh rumus empiris pendugaan volume log jenis meranti (Shorea spp.) yang paling baik ditinjau dari segi ketelitian dan ketepatannya; (2) mengamati kesalahan sistematis dugaan volume log dalam setiap rumus yang digunakan.
Tabel 1. Rumus-rumus penduga volume log
METODE PENELITIAN
Lokasi dan Waktu Penelitian
Praktikum ini di laksanakan di Kebun Raya Universitas Halu Oleo pada tanggal 3 Januari 2019, pukul 08:00- selesai WITA.
Alat dan Bahan
Alat yang digunakan pada praktikum ini yaitu, kamera, meteran rol, pita meter, parang, tali rafiah dan alat tulis menulis.
Sedangkan bahan yang digunakan pada praktikum ini yaitu semua jenis tanaman yang terdapat didalam plot sebagai sampel yan diamati.
Populasi dan Sampel
Populasi dan sampel dalam praktikum ini yaitu vegetasi yang terdapat di Kebun Raya Universitas Halu Oleo. Menurut Rizkiyah et al (2013) Untuk keperluan kriteria ini yang dapat digunakan adalah :
1. Tingkat Semai (seedling), yaitu tumbuhan mulai berkecambah sampai anakan setinggi kurang dari 1,5 meter.
2. Tingkat Pancang (sapling), yaitu permudaan yang tingginya lebih dari 1,5 meter sampai anakan berdiameter kurang dari 10 cm.
3. Tingkat Tiang (pole), yaitu pohon muda yang berdiameter 10 cm sampai kurang dari 20 cm.
4. Tingkat Pohon (trees), yaitu pohon yang berdiameter 20 cm keatas.
Jenis dan Sumber Data
Jenis Data
Data yang digunakan dalam praktikum ini adalah data primer dan data sekunder.
Data primer adalah data yang dikumpul melalui observasi, pengamatan dan pengukuran langsung dari subjek penelitian di lapangan dengan menggunakan alat pengukuran. Data primer yang dikumpul dilapangan yaitu jenis-jenis vegetasi, keliling tegakan, jumlah individu jenis, dan kemunculan setiap jenis dalam petak pengamatan yang dihitung pada semua kategori yaitu pohon, tiang, pancang dan semai.
Data sekunder adalah data yang diperoleh dari instansi/lembaga terkait dan/atau pihak lain yang berhubungan dengan kegiatan dan tujuan penelitian yang meliputi letak dan keadaan fisik lingkungan (topografi dan iklim), peta kawasan serta literatur (data pendukung lain) yang relevan dengan penelitian.
Sumber Data
Sumber data yang digunakan pada praktikum ini yaitu untuk data primer bersumber dari observasi lapangan yang dilkukan secara sampling. Sedangkan data sekunder bersumber dari instansi terkait yang dapat menunjang perolehan data pada penelitian ini.
Prusedur Praktikum
Prosedur dalam praktikum ini yaitu sebagai berikut :
survei awal untuk mengetahui dan menentukan lokasi praktikum
pengambilan sampel menggunakan garis berpetak.
mempersiapkan alat dan bahan yang akan digunakan.
jumlah transek yang digunakan pada praktikum ini
melakukan pembuatan plot ukur untuk kategori pohon berukuran 20 x 20m, 10 x 10 m, 5 x 5 m, dan 2 x 2 m.
melakukan pengukuran keliling tegakan setiap jenis (setinggi dada), pada kategori pohon, tiang, dan pancang, serta menghitung jumlah tegakan setiap jenis pada kategori.
Variabel Penelitian
Dalam penentuan suatu tehnik penelitian harus berdasarkan variabel yang telah ditentukan. Oleh karena itu, variabel yang diamati dalam penelitian ini yaitu:
Angka bentuk merupakan perbandingan antara volume seliner dengan volume pohon sebenarnya.
Keragaman jenis merupakan gambaran tingkatan komunitas tumbuhan yang digunakan dalam pengukuran.
Analisis Data
Rumus Smalian
Dalam penentuan volume menggunakan rumus smalian sebagai berikut:
Dimana: V = volume (m3)
Bp = LBDS bagian pangkal
Bu = LBDS bagian ujung
L = panjang log
Intensitas Sampling
Dalam menentukan intensitas sampling menunakan rumus sebagai berikut:
Is =
Struktur dan Komposisi
Volume Tinggi Total (VTT)
Volume tinggi total dapat dihitung dengan menggunakan rumus:
Keterangan : Tt = tinggi total (m)
Tang α = sudut
JP = Jarak pengamat (m)
TMP = Tinggi mata pengamat (m)
Luas Bidang Dasar (LBDS)
Luas bidang dasar setiap jenis pohon dapat dihitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut:
keterangan: LBDS = Luas Bidang Dasar (m2)
d = Diameter (m)
Volume
Dalam menentukan volume menggunakan rumus sebagai berikut:
VTT = LBDS x TT x f
Keterangan : VTT = Volume tinggi total (m3)
LBDS = luas bidang dasar (m2)
TT = Tinggi total (m)
f = Bilangan bentuk pohon hutan tanaman yaitu 0,7
Konsep Operasional
Konsep operasional adalah penarikan batasan dalam ruang lingkup penelitian yang menjelaskan ciri-ciri spesifik dari subtansi dari konsep dalam praktikum. Tujuannya agar dapat mencapai ukuran yang sesuai dengan hakikat variabel yang sudah didefinisikan konsepnya.
Hutan merupakan suatu kesatuan ekosistem berupa hamparan lahan berisi sumber daya alam hayati yang didominasi pepohonan dalam persekutuan alam lingkungannya, yang satu dan lainnya tidak dapat dipisahkan (UU No. 41/1999 tentang Kehutanan).
Komposisi vegetasi adalah jumlah dan susunan jenis golongan pohon, tiang, pancang dan semai pada hutan yang terdapat dalam plot pengamatan pada lokasi penelitian.
Keanekaragaman jenis adalah parameter yang berguna untuk mengetahui pengaruhnya dari gangguan biotik atau untuk mengetahui tingkat suksesi atau kestabilan dari suatu jenis vegetasi pada lokasi penelitian.
Analisis vegetasi adalah cara mempelajari komposisi jenis dan struktur vegetasi yang ada diwilayah yang dianalisis.
Metode garis berpetak adalah modifikasi metode petak ganda atau metode jalur dengan cara melompati satu atau lebih petak-petak dalam jalur sehingga sepanjang garis rintis terdapat petak-petak pada jarak tertentu yang sama.
Proposive sampling adalah pengambilan sampel secara sengaja sesuai dengan persyaratan sampel yang diperlukan.
Sampel adalah bagian terkecil dari suatu populasi yang akan diikutsertakan dalam tempat pengambilan data.
Jalur ukur adalah suatu jalur yang dibuat dalam suatu populasi untukmelakukan pengamatan dengan menggunakan petak ukur.
Petak ukur adalah petak dengan ukuran tertentu yang dibuat untuk melakukan pengukuran dengan perhitungan vegetasi.
Pohon (tree) adalah tumbuhan dewasa dengan diameter lebih dari > 10 cm.
Tiang (pole), yaitu pohon muda yang berdiameter 10 sampai kurang dari 20 cm.
Pancang atau sapihan (sapling) adalah permudaan yang tingginya >1,5 m atau lebih sampai pohon-pohon muda yang berdiameter kurang dari 10 cm.
Semai adalah permudaan mulai dari kecambah sampai dengan tinggi <1,5 m.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil
Letak geografis wilayah Hutan Kampus Bumi Tri Dharma Universitas Haluoleo Kendari yang sekarang dijadikan sebagai kawasan hutan pendidikan dan ekowisata disebut Kebun Raya UHO, berada pada 222˚30’ – 222°37’ BT dan 05°00’ – 04˚08’ LS dengan batas-batas wilayah sebagai berikut: a. Sebelah Utara berbatasan dengan Kali Wanggu Kecamatan Kadia b. Sebelah Tumur berbatasan dengan Kecamatan Poasia c. Sebelah Selatan berbatasan dengan Kecamatan Baruga d. Sebelah Barat berbatasan dengan Kali Wanggu Kecamatan Wua-Wua. Penelitian penggunaan lahan yaitu 1) Bangunan (Gedung Perkuliahan, Kantor, Mesjid, Lapangan, Perumahan, Perpustakaan, Taman, Kolam dan lain-lain), 2) Kebun percobaan, 3) Sawah, 4) Alang-Alang, 5) Semak Belukar, 6) Hutan rawa dan 7) Hutan sekunder.
Luas kampus UHO yaitu + 250 Ha dengan luas kawasan hutan 58,96 Ha, dengan Penetapan kawasan sebagai sebagai kawasan hutan tata kota Kampus Tridharma UHO atau Kebun Raya UHO sebagai kawasan hutan, hutan kota dan Ruang terbuka Hujau yang dilindungi dan dikelola oleh Pemerintah Kota Kendari dengan Luas Kawasan Hutan 20 Ha. Salah satu dari hutan tersebut adalah Hutan Tanaman yang berada di depan Fakultas Teknik, Universitas Halu Oleo. Hutan ini memiliki berbagai potensi kayu jati yang berada dalam kawasan kampus Universitas Halu Oleo.
Analisis Angka Bentuk Pohon pada Hutan Tanaman
Hasil pengamatan diperoleh hasil seperti pada tabel di bawah ini:
Tabel.1 Angka Bentuk Pohon Pada Hutan Tanaman
No
Nama Jenis
Diameter
Tinggi Total
AB
Volume
SD
KP
KT
KU
Vs
Vp
1
Tectona grandis
0,16
0,27
0,25
0,22
20,41
0,3
0,94
0,31
2
Gmelina arborea
0,32
0,27
0,20
0,19
17,00
0,2
0,84
0,22
Sumber: Data Primer, 2019
Seperti yang terlihat pada tabel diatas merupakan data hasil pengukuran tumbuhan dengan mencari angka bentuk suatu pohon pada hutan tanaman, dari data diatas dapat dilihat bahwa terdapat 2 jenis tumbuhan yang diamati.
Intensitas Sampling
Intensitas sampling adalah persentase jumlah sampel terhadap populasi seluruhnya. Dari luas keseluruhan 19 ha dan luas sampel 0,08 ha maka dapat diketahui intensitas samplingnya adalah sebagai berikut
Dik : luas keseluruhan = 19 ha
Luas sampel = 0,08 ha
Dit : IS=......?
Penyelesaian : luas sampel = IS x luas keseluruhan
IS = x 100%
IS = x 100%
IS = 0,4
Analisis Vegetasi Hutan Alam
Hasil pengamatan kategori pohon dapat dilihat pada tabel dibawah ini:
Tabel.2 Analisis Vegetasi Pohon
No
Nama Jenis
Diameter (m)
Volume
TBC
Tt
1
eha
0,37
0,598
1,344
2
eha
0,31
0,290
0,839
3
eha
0,67
2,115
4,148
4
eha
0,29
0,228
0,857
5
eha
0,37
0,547
1,668
6
eha
0,45
0,954
2,104
7
merambung
0,22
0,180
0,339
8
sp1
0,23
0,220
0,406
9
eha
0,32
0,348
0,958
10
eha
0,64
1,863
3,625
11
sp2
0,32
0,456
1,297
12
eha
0,22
0,228
0,339
Volume rata-rata
0,669
1,494
Volume perplot
0,3344
0,747
Volume perHa
8,3604
18,67
Sumber:Data Primer, 2019
Data diatas merupakan data hasil pengukuran tumbuhan kategori pohon yang dilakukan dilapangan, dari hasil ini dapat dilihat bahwa terdapat 12 jenis tumbuhan yang masuk dalam kateori pohon dalam petak ukur 20x20 m.
Analisis Vegetasi Kategori Tiang
Hasil pengamatan tumbuhan kategori tiang dapat dilihat pada tabeh dibawah ini:
Tabel. 3 Analisis Vegetasi Tiang
No
Nama Jenis
Diameter
Volume
TBC
TT
1
merambung
0,178
0,146
0,284
2
merbau
0,156
0,102
0,177
3
nona
0,194
0,149
0,314
4
nona
0,131
0,078
0,158
5
eha
0,143
0,086
0,149
Volume rata-rata
0,112
0,216
Volume perplot
0,056
0,108
Volume perHa
1,405
2,705
Sumber:Data Primer, 2019
Pengamatan tiang dapat dilihat pada tabel diatas, dari tabel diatas dapat dilihat bahwa terdapat 4 tumbuhan yang masuk dalam kategori tiang dalam plot 10x10 m di Kebun Raya Universitas Halu Oleo.
Analisis Vegetasi Pancang
Hasil pengamatan pancang pada plot 5x5 m dapat dilihat pada tabel dibawah ini:
Tabel.4 Analisis Vegetasi Pancang
No
Jenis Tumbuhan
Diameter (m)
Volume
TBC
Tt
1
ruruhi
0,045
0,006
0,011
2
sp3
0,045
0,006
0,012
3
sp4
0,041
0,006
0,009
4
ruruhi
0,041
0,005
0,008
5
sp5
0,045
0,005
0,014
6
merambung
0,070
0,016
0,029
7
pinang
0,054
0,008
0,017
8
pinang
0,080
0,016
0,030
9
sp6
0,086
0,019
0,042
10
sp7
0,038
0,004
0,009
11
ruruhi
0,048
0,005
0,011
12
ruruhi
0,054
0,008
0,019
13
nona
0,064
0,009
0,024
Volume rata-rata
0,009
0,018
Volume perplot
0,004
0,009
Volume PerHa
0,109
0,220
Sumber:Data Primer, 2019
pancang pada pengmatan ini diperoleh 13 jenis tumbuhan yang masuk kategori pancang dalam satu plot yang berukuran 5x5 m.
Analisis Vegetasi Semai
Hasil pengamatan pada semai dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel.5 Analisis Vegetasi Semai
No
Jenis Tumbuhan
Jumlah
1
ruruhi
32
2
sp8
34
3
ruruhi
46
4
sp9
17
5
sp10
9
Jumlah
138
Sumber:Data Primer, 2019
Semai pada pengamatan ini dapat dilihat pada tabel diatas, pengamatan dilakukan pada plot 2 x 2 m.
Pembahasan
Hutan merupakan suatau wilayah yang memiliki banyak tumbuh-tumbuhan yang lebat dan berisi antara pohon-pohon, semak, paku-pakuan, rumput, jamur dan lain sebagainya yang menempati suatu daerah yang luas atau suatau wilayah khusus. Hutan terbagi menjadi beberapa bagian salah satunya adalah hutan alam dimana hutan ini yang tumbuh dan tanpa campur tangan manusia, pohon-pohonya tumbuh secara alami, hutan ini mampu bertahan selagi tidak ada gangguan dari ataupu terjadi eksploitasi.
Komposisi vegetasi merupakan variasi spesies flora yang membentuk suatu komunitas yang satu dengan lainnya saling mendukung. Menurut Cahyanto et al (2014) menyatakan bahwa vegetasi yaitu kumpulan dari beberapa jenis tumbuhan yang tumbuh bersama-sama pada suatu tempat dimana antara individu-individu penyusunnya terdapat interaksi yang erat, baik diantara tumbuh-tumbuhan maupun dengan hewan-hewan yang hidup dalam vegetasi dan lingkungan tersebut.
Kehadiran vegetasi sangat berpengaruh terhadap keseimbangan ekosistem dalam skala yang lebih luas, diantaranya terkait dengan keseimbngan karbon dioksida dan oksigen dalam udara, perbaikan sifat fisik, kimia dan biologi tanah, dan pengaturan tata air tanah, serta berperan untuk mengurangi laju erosi. Hasil analisis komunitas tumbuhan disajikan secara deskripsi mengenai komposisi spesies dan struktur komunitasnya. Struktur suatu komunitas tidak hanya dipengaruhi oleh hubungan antar spesies, tetapi juga oleh jumlah individu dari setiap spesies organisme.
Berdasarkan uraian diatas serta data yang diperoleh dilapangan maka terdapat 2 lokasi yaitu hutan tanaman dan hutan alam, dimana pada hutan tanaman hanya ada 2 jenis vegetasi yaitu jati putih dan jati local. Dari pengamatan yang dilakukan dilapangan diperoleh diameter jati lokal sebesar 0,27 dengan tinggi total yang kemudian dilakukan perhitungan angka bentuk dan menghasilkan angka bentuk jati lokal 0,3 dengan volume selinder 0,94 dan volume pangkal ,31. Sedangkan pada jati putih diperoleh diameter pangkal yaitu 0,27 dengan tinggi total 17 m sehingga diperoleh angka bentuknya yaitu 0,2 dengan volume selinder yaitu 0,84 dan volume pohon sebenarnya yaitu 0,22.
Perhitungan intensitas sampling dilakukan dengan membagi luas sampel dengan luas keseluruhan yang kemidian di kali 100%, yang dimana luas sampel adalah 0,08 Ha dan luas keseluruhan adalah 19 Ha kenudian dikali 100% sehingga diperoleh 0,4. 0,08 adalah luas petak ukur yang dibuat yaitu 20 x20 m sebanyak 2 petak ukur dan 19 Ha adalah luas Kebun Raya Universitas Halu Oleo.
Analisis vegetasi yang dilakukan yaitu menganalisis struktur dan komposisi hutan alam Universitas Halu Oleo. Dalam pengamatan diperoleh 4 kategori tumbuhan yaitu pohon, tiang, panang dan semai. Pengamatan kategori pohon dilakukan pada plot ukuran 20 x 20 m, dari 2 petak ukur diperoleh 12 jenis tumbuhan yang masuk dalam kategiri pohon. Dari pengukutan diameter dan tinggi pohon tinggi bebas cabang maupun tinggi total maka diperoleh volume rata-rata TBC yaitu 0,669, volume perplot yaitu 0,3344 dan volume perHa yaitu 8,3604. Sedangkan volume rata-rata Tt yaitu 1,494, volume perplot yaitu 0,747 dan volume perHa adalah 18,67 m3/ha. Kemudian pengamatan yang dilakukan pada tiang diperoleh 5 jenis tumbuhan dengan volume rata-rata TBCnya yaitu 0,112, volume perplot 0,056 dan volume per Ha 1,405. Sedangkan volume rata-rata Ttnya yaitu 0,216, volume perplot 0,108 dan volume perHa 2,705. Pada tingkat pancang diperoleh 13 jenis tumbuhan yang masuk dalam kategori pancang dengan volume rata-rata TBC 0,009, volume perplot 0,004 dan volume perHa 0,109. Sedangkan volume volume rata-rata Tt yaitu 0,018, volume perplot yaitu 0,009 dan volume perHa yaitu 0,220. Sedangkan pada pengamatan semai diperoleh 5 jenis tumbuhan semai dengan jumlah keseluruhan 138.
PENUTUP
Kesimpulan
Berdasarkan hasil diatas maka dapat di tarik bahwa:
Dari penelitian diatas maka diperoleh angka bentuk dari kedua jenis tubuhan yang ada di hutan tanaman yaitu jati (Tectona randis) memiliki angka bentuk 0,3 m3, sedangkan angka bentuk jati putih (Gmelina arborea) diperoleh 0,2 m3.
Dari keseluruhan hasil pengamatan maka diperoleh intensitas sampling dari keseluruhan luas sampel yaitu 0,4.
Stuktur dan komposisi hutan alam kebun raya Universitas Halu Oleo terdiri dari tingkat pohon, tiang, pancang dan semai. Dengan kerapatan yang terbalang cukup baik.
Saran
Saran untuk pratikum ini sebaiknya lebih sering dilakukan guna menambah wawasan praktikan dalam inventarisasi hutan.
DAFTAR PUSTAKA
Abdurachman dan S. Purwaningsih. 2012. Tabel volume batang di bawah pangkal tajuk jenis tengkawang (shorea macrophylla) di pt gunung gajah abadi, kalimantan timur. Jurnal Penelitian Dipterokarpa. 6(2).
Ardelina.A., T. Tiryana dan Muhdin. 2015. Model volume pohon sengon untuk menilai kehilangan keuntungan petani hutan rakyat. Jurnal Penelitian Hutan Tanaman. 12(2):131-139.
CGIAR. 2010. Hutan, pohon dan watani penghidupan, bentang alam dan tata kelola.
Dendang.B dan W.Handayani. 2015. Struktur dan komposisi tegakan hutan di taman nasional gunung gede pangrango, jawa barat. PROS SEM NAS MASY BIODIV INDON. 1(4): 691-695.
Deviyanti. 2010. Komposisi jenis dan struktur tegakan hutan di cagar alam dungus iwul, jawa barat-banten. . Institut Pertanian Bogor. Skripsi.
Herianto. 2017. Keanekaragaman jenis dan struktur tegakan di areal tegakan tinggal. Jurnal Daun. 4(1):38-46.
Kewilaa. B dan A.Tehupeiory. 2014. Uji beda metoda penetapan volume dengan brereton metrik dan cara integral. Jurnal IlmuTernakdan Tanaman. 4(2).
Krisnawati. H. 2003. Struktur tegakan dan komposisi jenis hutan alam bekas tebangan di kalimantan tengah. Buletin Penelitian Hutan (Forest Research Bulletin). 639: 1-19.
Krisnawati.H., Herbagung., I.B.P. Parthama dan D. Wahjono. 2015. Kajian angka bentuk untuk pendugaan volume jens-jenis hutan alam.
Kusumo.A., A.N. Bambang dan M.Izzati. Struktur vegetasi kawasan hutan alam dan hutan rerdegradasi di taman nasional tesso nilo. Jurnal Ilmu Lingkungan. 14(1):19-26.
Mindawati.N., R. Effendi., I. Anggraeni dan T. Herawati. 2013. Integrasi iptek dalam kebijakan pengelolaan hutan tanaman sumatera bagian selatan. Seminar Hasil Penelitian Bai.Ai Penelitian Kehutanan Patembang.
Muhdin. 1999. Analisis beberapa rumus penduga volume log: studi kasus pada jenis meranti (shorea spp.) Di areal hph pt siak raya timber, propinsi riau. Jurnal Manajemen Hutan Tropika. 5(2):33-44.
Prakoso.B. 2017. Biodiversitas belalang (acrididae: ordo orthoptera) pada agroekosistem (zea mays l.) Dan ekosistem hutan tanaman di kebun raya baturaden, banyumas. Biosfera. 34(2)80-88.
Sahuri. 2017. Model pendugaan volume pohon karet saat peremajaan di sembawa, sumatera selatan. Jurnal Penelitian Hutan Tanaman. 14(2):129-143.
Samsoedin.I. I.W.S. Dharmawan dan C.A.Siregar. 2009. Potensi biomasa karbon hutan alam dan hutan bekas tebangan setelah 30 tahun di hutan penelitian malinau, kalimantan timur. Pusat litbang hutan dan konservasi alam.
Susila.I.W.W. 2012. Model dugaan volume dan riap tegakan jati (tectona grandis l.f) di nusa penida, klungkung bali. Jurnal Penelitian Hutan Tanaman. 9(3): 165-178.
Wijayanti. S. D. W. 2008. Karakteristik biometrik pohon agathis loranthifolia r.a. salisbury di bkph gunung slamet barat kph banyumas timur perum perhutani unit i jawa tengah. Institut Pertanian Bogor. Skripsi.
Wiryono. 2014. Aspek ekologis hutan tanaman indonesia. Fakultas Pertanian. Universitas Bengkulu.
Comments
Post a Comment