SOSOK KEHADIRAN PEMIMPIN MILINEAL DAN BERKUALITAS BAKAL CALON BUPATI KABUPATEN KONAWE SELATAN PADA KONSTALASI PILKADA 2020

Image
Pemilihan kepala daerah di Indonesia pada tahun 2020 digelar secara serentak untuk daerah-daerah yang masa jabatan kepala daerahnya berakhir pada tahun 2021. Sistem pemilihan kepala daerah secara serentak pada tahun 2020 merupakan yang ketiga kalinya diselenggarakan di Indonesia. Pelaksanaan pemungutan suara direncanakan digelar secara serentak pada bulan Desember 2020. Total daerah yang akan melaksanakan pemilihan kepala daerah serentak tahun 2020 sebanyak 270 daerah dengan rincian 9 provinsi, 224 kabupaten, dan 37 kota. Sejumlah nama dari kader-kader potensial partai politik (Parpol) mulai bermunculan. Ada 270 daerah yang akan mengikuti pilkada serentak salah satunya di Kabupaten Konawe Selatan Sulawesi Tenggara. Ada tiga kandidat yang kini ramai diperbincangkan dikalangan masyarakat saat ini, selain itu ada muncul bakal calon bupati dari kalangan milienal. Hal ini menarik dibicarakan. Hal ini disampaikan Ode Undu yang menjabat sebagai Sektaris Umum Ikatan Pemuda Pelajar Mahasiswah K...

MAKALAH JENIS – JENIS AVES, MAMALIA DAN POHON ENDEMIK YANG BERADA DI PULAU SUMATERA UTARA

TUGAS PENGANTAR ILMU KEHUTANAN
MAKALAH JENIS – JENIS AVES, MAMALIA DAN POHON ENDEMIK YANG BERADA DI PULAU SUMATERA UTARA



Oleh :

FIRMAN
M1A1 16 164
KEHUTANAN D

PROGRAM STUDI MANAJEMEN HUTAN
FAKULTAS KEHUTANAN DAN ILMU LINGKUNGAN
UNIVERSITAS HALU OLEO
KENDARI
2016


KATA PENGANTAR

Makalah  ini  disusun  agar  pembaca  dapat  memperluas  ilmu,  yang  penyusun  sajikan  berdasarkan pengamatan dari berbagai sumber informasi, referensi, dan berita. Makalah ini di  susun  oleh  penyusun  dengan  berbagai  rintangan.  Baik  itu  yang  datang  dari  diri  penyusun  maupun  yang  datang  dari  luar.  Namun  dengan  penuh  kesabaran  dan  terutama  pertolongan  dari Allah akhirnya makalah ini dapat terselesaikan. Semoga  makalah  ini  dapat  memberikan  wawasan  yang  lebih  luas  dan  menjadi  sumbangan  pemikiran  kepada  pembaca  khususnya  para  mahasiswa  Universitas Halu Oleo. Penyusun menyadari bahwa makalah ini masih banyak kekurangan dan jauh dari kata sempurna.  Untuk  itu,   kepada   dosen   pembimbing penyusun membuka diri demi perbaikan  dalam pembuatan   makalah yang telah penyusun susun sebagaimana mestinya. 

Kendari, Desember  2016

Penyusun 











DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL ………………………………………………………….. i
PRAKATA …………..………………………………………………………… ii
DAFTAR ISI ……………………………………………………………………. iii
BAB I PENDAHULUAN ………………………………………………………….. 1
1.1 Latar Belakang …….……………………………………………………….. 1
1.2 Rumusan Masalah ………………………………………………………….. 2
1.3 Tujuan ………………..…………………………………………………….. 2
BAB II PEMBAHASAN …………………………………………………………. 3
2.1 Persebaran Flora dan Fauna Di Indonesia ……...………………………….. 3
2.2 Faktor – Faktor Persebaran Flora dan Fauna ……….……………………. 4
2.3 Aves Endemik Di Pulau Sumatera Utara ………….……………………… 8
Tumbuhan  Endemik Sumatera Utara ……............................................. 10
Mamalia Endemik Sumatera Utara ……………………………….. 12
BAB III PENUTUP ………………………………………………………… 15
3.1 Kesimpulan ………………………………………………………….…… .... 15
3.2 Saran ……………………………………………………………………… 16
DAFTAR PUSTAKA ………………………………………………………… 17










BAB I
PENDAHULUAN
Latar Belakang

Keaneka ragaman hayati ialah suatu istilah yang mencakup semua bentuk  yang mencakup gen, spesies tummbuhan,hewan dam mikroorganisme serta ekosistem dan proses – proses ekologi. Adanya arus globalisasi dan efisiensi menuntup suatu keseragaman, mengakibatkan krisis keragaman di berbagai bidang. Saat ini keragaman dianggap sebagai in-efisiensi dan primitif, dimana keseragaman ialah efisen dan modern. Hal yang sama juga terjadi pada keragaman hayati atau sering diistilahkan sebagai keanekaragaman hayati. Pada saat ini proses penyeragaman sudah terjadi pada semua aspek, sehingga terjadi penekanan pada perkembangan keragaman genetik. (Endarwati, 2005).
Keaekaragaman hayati kini mulai mengalami berbagai erosi. perusakan habitat telah mengganggu ekosistem yang akan mengancam berbagai spesies. Eksploitasi spesies flora dan fauna berlebihan akan  menimbulkan kelangkaan dan kepunahan spesies. Penyeragaman varietas tanaman dan ras hewan budidaya menimulkan erosi genetik, sehingga akan  menimbulkan erosi genetik, sehingga akan menimbulkan  krisis keragaman hayati. 
Fauna Indonesia memiliki keanekaragaman yang tinggi karena wilayahnya yang luas dan berbentuk kepulauan tropis. Keanekaragaman yang  tinggi ini disebabkan oleh Garis Wallace, membagi Indonesia menjadi dua area; zona zoogeografi Asia, yang dipengaruhi oleh fauna Asia, dan zona zoogeografi Australasia, dipengaruhi oleh fauna Australia. Pencampuran fauna di Indonesia juga dipengaruhi oleh ekosistem yang beragam di antaranya: pantai, bukit pasir, muara, hutan bakau, dan terumbu karang. Masalah ekologi yang muncul di Indonesia adalah proses industrialisasi dan pertumbuhan populasi yang tinggi, yang menyebabkan prioritas pemeliharaan lingkungan menjadi terpinggirkan Keadaan ini menjadi semakin buruk akibat aktivitas pembalakan liar, yang menyebabkan berkurangnya area hutan; sedangkan masalah lain, termasuk tingginya urbanisasi, polusi udara, manajemen sampah dan sistem pengolahan limbah juga berperan dalam perusakan hutan. 
Asal mula fauna Indonesia sangat dipengaruhi oleh aspek geografi dan peristiwa geologi di benua Asia dan Australia. Pada zaman  purba, pulau Irian (New Guinea) tergabung dengan benua australia. Pada abad ke-19, Alfred Russel Wallace mengusulkan ide tentang Garis Wallace, yang merupakan suatu garis imajiner yang membagi kepulauan Indonesia ke dalam dua daerah, daerah zoogeografis Asia dan daerah zoogeografis Australasia (Wallacea). Garis tersebut ditarik melalui kepulauan Melayu, di antara Kalimantan (Borneo) dan Sulawesi (Celebes); dan di antara Bali dan Lombok. Walaupun jarak antara Bali dan Lombok relatif pendek, sekitar 35 kilometer, distribusi fauna di sini sangat dipengaruhi oleh garis ini. Sebagai contoh, sekelompok burung tidak akan mau menyeberang laut terbuka walaupun jaraknya pendek.

Rumusan Masalah

Jenis – jenis aves apa saja endemik yang ada di Pulau Sumatera Utara ?
Jenis – jenis mamalia apa saja endemik Pulau Sumatera Utara ?
Jenis – jenis pohon apa saja endemik Pulau Sumatera Utara ?

Tujuan

Mengetahui jenis – jenis aves endemik yang ada di Pulau Sumatera
Mengetahui jenis – jenis mamalia endemik di Pulau Sumatera Utara
Mengetahui jenis – jenis pohon endemic di Pulau Sumatera Utara




BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Persebaran Flora dan Fauna Di Indonesia

Karakter dan pola persebaran flora dan fauna Indonesia tidak terlepas dari sejarah perkembangan kepulauan Indonesia. Secara geologis dan geomorfologis wilayah Indonesia bagian barat termasuk ke dalam landas kontinen Asia (paparan Sunda), sedangkan wilayah Indonesia bagian Timur termasuk ke dalam landas kontinen Australia (Paparan Sahul). Kondisi ini tentunya membawa pengaruh terhadap karakter flora dan fauna pada wilayah nusantara. Secara umum tipe flora dan fauna Indonesia bagian barat memiliki corak yang hampir sama dengan yang terdapat di Benua Asia, sedangkan di bagian timur bercorak Australia. Adapun corak flora dan fauna wilayah kepulauan Indonesia bagian tengah merupakan peralihan antara kedua wilayah tersebut. Hewan-hewan yang berada di Oriental dan Australis batas pertemuannya dari kedua jenis hewan tersebut berada di kepulauan Indonesia. Begitu juga dengan jenis-jenis tumbuhan yang dikemukakan oleh Weber. Batas masing-masing jenis hewan dan tumbuhan yang dikemukakan oleh kedua ahli tersebut dibuat garis khayal yang memisahkan golongan hewan dan tumbuhan Asiatis, golongan hewan dan tumbuhan peralihan antara Asiatis dan Australis, dan golongan hewan dan tumbuhan Australis. Pembagian flora dan fauna di Indonesia tersebut didasarkan pada factor geologi. Yang secara geologi pulau-pulau di Indonesia Barat pernah menyatu dengan benua Asia sedangkan pulau-pulau di Indonesia Timur pernah menyatu dengan benua Australia. Oleh karena itu tumbuhan dan hewan di benua Asia mempunyai ciri-ciri yang mirip dengan tumbuhan dan hewan di Indonesia Barat. Demikian pula ciri-ciri tumbuhan dan hewan di Indonesia Timur mirip dengan tumbuhan dan hewan di benua Australia.


2.2 Faktor – Faktor Persebaran Flora dan Fauna
Beberapa faktor yang mempengaruhi persebaran hewan makhluk hidup dibumi yang sangat luas ini antara lain :
Faktor Lingkungan
Salah satu faktor yang sangat menentukan adanya perbedaan jenis-jenis makhluk hidup yang tinggal disuatu tempat di permukaan bumi ini adalah lingkungan dimana makhluk hidup itu hidup. Lingkungan hidup ini termasuk lingkungan abiotik, misalnya, tanah, air dan iklim di tempat itu. Iklim, pada hakekatnya terdiri dari temperature dan curah hujan. Sedangkan temperatur, terutama tergantung dari banyaknya sinar matahari yang diterima. Selain lingkungan abiotik adapula lingkungan biotik yang juga sngat besar pengaruhnya, contoh, binatang tertentu memerlukan tumbuhan tertentu untuk makanannya, sedangkan tumbuhan tumbuhan itu memerlukan kondisi lingkungan abiotik tertentu untuk bisa hidup. Jadi, linhkungan dengan kondisi tertentu menentukan jenis tumbuhan maupun hewan yang hidup di wilayah tersebut.
a. Abiotik
Iklim
Faktor iklim termasuk di dalamnya keadaan suhu, kelembaban udara dan angin sangat besar pengaruhnya terhadap kehidupan setiap mahluk di dunia.Kodisi suhu udara sangat berpengaruh terhadap tumbuh-tumbuhan dan hewan, karena jenis spesies tertentu memiliki persyaratan suhu lingkungan yang ideal atau suhu optimum bagi kehidupannya, serta batas suhu maksimum dan  minimum untuk tumbuh yang dinamakan tolerensi spesies terhadap suhu. Suhu bagi tumbuh-tumbuhan merupakan faktor pengontrol bagi persebarannya sesuai dengan letak lintang, ketinggian dan sebagainya. Penamaan habitat tumbuhan biasanya sama dengan nama-nama wilayah berdasarkan lintang buminya, seperti vegetasi hutan tropik, vegetasi lintang sedang, dan sebagainya. Faktor suhu udara berpengaruh terhadap berlangsungnya proses pertumbuhan fisik tumbuhan. Sinar matahari sangat diperlukan bagi tumbuhan hijau untuk proses fotosintesa. Kelembaban udara berpengaruh pula terhadap pertumbuhan fisik tumbuhan. Sedangkan angin berguna untuk proses penyerbukan. iklim yang berbeda-beda pada suatu wilayah menyebabkan jenis tumbuhan maupun hewannya juga berbeda, contohnya: tanaman di daerah tropis, banyak jenisnya, subur dan selalu hijau sepanjang tahun karena bermodalkan curah hujan yang tinggi dan cukup sinar matahari. berbeda dengan tanaman yang berada di daerah tundra. Kelembaban berpengaruh langsung terhadap kehidupan tumbuhan. 
Keadaan tanah
Perbedaaan jenis tanah, seperti pasir, aluvial, dan kapur serta jumlah zat mineral yang terkandung dalam humus mempengaruhi jenis tanaman yang tumbuh. Keadaan tekstur tanah berpengaruh pada daya serap tanah terhadap air. Suhu tanah berpengaruh terhadap pertumbuhan akar serta kondisi air di dalam tanah. Di daerah tropis akan hidup berbagai jenis tumbuhan, sedangkan di daerah gurun atau bersalju hanya akan hidup tumbuhan tertentu. 
Air
Air mempunyai peranan yang penting bagi pertumbuhan tumbuhan karena dapat melarutkan dan membawa makanan yang diperlukan bagi tumbuhan dari dalam tanah. Adanya air tergantung dari curah hujan dan curah hujan sangat tergantung dari iklim di daerah yang bersangkutan. Keadaan tekstur tanah berpengaruh pada daya serap tanah terhadap air. Suhu tanah berpengaruh terhadap pertumbuhan akar serta kondisi air di dalam tanah. Jenis flora di suatu wilayah sangat berpengaruh pada banyaknya curah hujan di wilayah tersebut. Flora di daerah yang kurang curah hujannya keanekaragaman tumbuhannya kurang dibandingkan dengan flora di daerah yang banyak curah hujannya
Tinggi Rendah Permukaan Bumi
Permukaan bumi terdiri dari berbagai macam relief, seperti pegunungan, dataran rendah, perbukitan dan daerah pantai. Perbedaan tinggi-rendah permukaan bumi mengakibatkan variasi suhu udara. Variasi suhu udara mempengaruhi keanekaragaman tumbuhan. Hutan yang terdapat di daerah pegunungan banyak dipengaruhi oleh ketinggian tempat. Faktor ketinggian permukaan bumi umumnya dilihat dari ketinggiannya dari permukaan laut. Semakin tinggi suatu daerah semakin dingin suhu di daerah tersebut. Demikian juga sebaliknya bila lebih rendah berarti suhu udara di daerah tersebut lebih panas. Oleh sebab itu ketinggian permukaan bumi besar pengaruhnya terhadap jenis dan persebaran tumbuhan. Daerah yang suhu udaranya lembab, basah di daerah tropis, tanamannya lebih subur dari pada daerah yang suhunya panas dan kering.
b. Biotik
Makhluk hidup seperti manusia dan hewan dan tumbuhan memiliki pengaruh yang cukup besar dalam persebaran tumbuhan. Terutama manusia dengan ilmu dan teknologi yang dimilikinya dapat melakukan persebaran tumbuhan dengan cepat dan mudah. Hutan kota merupakan jenis hutan yang lebih banyak dipengaruhi oleh faktor biotik, terutama manusia. manusia juga mampu mempengaruhi kehidupan fauna di suatu tempat dengan melakukan perlindungan atau perburuan binatang. Hal ini menunjukan bahwa faktor manusia berpengaruh terhadap kehidupan flora dan fauna di dunia ini, contohnya: daerah hutan diubah menjadi daerah pertanian, perkebunan atau perumahan dengan melakukan penebangan, reboisasi,atau pemupukan. Selain itu faktor hewan juga memiliki peranan terhadap Persebaran tumbuhan flora. Peranan faktor tumbuh-tumbuhan adalah untuk menyuburkan tanah. Tanah yang subur memungkinkan terjadi perkembangan kehidupan tumbuhtumbuhan dan juga mempengaruhi kehidupan faunanya. hewan juga memiliki peranan terhadap Persebaran tumbuhan flora. contohnya: serangga dalam proses penyerbukan, kelelawar, burung, tupai membantu dalam Persebaran biji tumbuhan. Peranan faktor tumbuh-tumbuhan adalah untuk menyuburkan tanah. Tanah yang subur memungkinkan terjadi perkembangan kehidupan tumbuh-tumbuhan dan juga mempengaruhi kehidupan faunanya.
Faktor sejarah
Faktor sejarah yang dimaksud disini adalah sejarah geologi. Dulu, (200 juta tahun yang lalu), hanya ada satu benua, kemudian benua itu retak dan bergeser Pergeseran itu berlangsung secara lambat dan akhirnya terjadilah lima benua seperti yang kita alami sekarang ini yang berlangsung kira-kira dalam waktu 135 juta tahun. Jadi pergeseran dimulai pada zaman Mesozoikum sampai awal Cenozoikum hingga bentuknya yang sekarang. Pada zaman itu bumi telah dihuni oleh berbagai jenis ikan, reptile, burung sampai binatang-binatang menyusui serta hewan atau tumbuhan didaratan. Pergeseran menjadi anak benua itu, mengakibatkan makhluk hidup yang dibawanya mengalami perubahan lingkungan hidup, misalnya iklim yang berbeda menyebabkan hanya makhluk hidup yang tahan terhadap kondisi ini akan tetap bertahan hidup dan menyesuaikan diri, sehingga tidak musnah. Jadi, sejarah geologi ikut menentukan geografi kehidupan di bumi baik ditinjau dari persamaan maupun perbedaan makhluk hidup. 
Faktor Hambatan Persebaran
Kita mengetahui bahwa makhluk hidup itu berkembangbiak, misalnya bagi makhluk yang hidup di daratan, air merupakan hambatan (water barrier) sedangkan sebaliknya bagi makhluk air, daratan merupakan hambatan (land barrier). Daratan yang sempit juga dapat menjadi hambatan, misalnya Costarica di Amerika Tengah merupakan hambatan berupa filter atau saringan Persebaran makhluk daratan Amerika Utara dan Amerika Selatan. Selat Panama merupakan filter makhluk hidup di Samudra Atlantik dan Pasifik. Sebaliknya, kepulauan dapat menjadi jembatan penyebrangan antara Eurasia dan Australia. Tiga faktor inilah yang menentukan adanya variabilitas biogeografi, namun tentunya ada faktor lain yang menentukan variabilitas yaitu variasi genetik hasil perkawinan dan mutasi genetik. 


 2.3 Aves Endemik Di Pulau Sumatera Utara
Beo Nias 
Pulau Sumatera memiliki flora dan fauna yang sangat khas, salah satunya yaitu burung Beo Nias. Dari segala jenis burung, Burung Beo merupakan salah satu yang paling unik. Bagaimana tidak? Spesies ini mampu berbicara dengan cara mengulang perkataan manusia yang didengarnya. Di Indonesia sendiri, salah satu provinsi yang dianugerahi kekayaan endemik Beo adalah Pulau Nias,Pulau Nias sangat beruntung karena memiliki salah satu jenis burung pintar ini. Bahkan, Beo dari Nias ini tidak hanya mampu menirukan ucapan Anda, melainkan juga suara – suara lain yang didengarnya. Karena kecemerlangannya, burung ini menjadi identitas Sumatera Utara. Maka dari itu tidak heran jika burung Beo Nias termasuk jenis Beo paling dicari di Indonesia. Beo nias Sumatera Utara ini dilindungi oleh negara berdasarkan Surat Keputusan Menteri Pertanian No. 421/Kpts/Um/8/1970. Ia mempunyai ukuran tubuh yang lebih besar dibandingkan dengan jenis burung beo lainnya. Bagi orang awam yang tidak mengerti tentang burung beo, mungkin melihat burung Beo Nias ini tidak ada bedanya dengan burung beo lainnya, namun bagi Anda penggemar mereka tentu akan mudah membedakannya karena tubuh burung Beo Nias terlihat lebih besar dan lebih gagah.

Beberapa ciri dari burung Beo Nias yaitu pada bagian kepala memiliki bulu yang pendek. Di sepanjang cuping telinga menyatu di belakang kepala yang berbentuk gelambir (seperti jengger ayam) yang ada di telinga dan berwarna kuning mencolok. Di bagian sisi kepala dari burung Beo Nias terdapat juga sepasang pial yang berwarna kuning. Iris matanya berwarna coklat gelap. Paruhnya besar serta runcing dan memiliki warna kuning oranye. Pada bagian tubuhnya, tertutup bulu yang berwarna hitam pekat, namun di ujung sayap bulunya berwarna putih. Pada bagian kedua kakinya berwarna kuning dan memiliki jari kaki yang berjumlah empat. Tiga jari menghadap ke depan dan jari lainnya menghadap ke belakang. 
Burung Beo Nias memiliki nama latin Gracula religiosa robusta atau Gracula robusta, hidup secara berkelompok atau berpasangan ini hanya bisa ditemui di Pulau Nias dan sekitarnya, seperti Pulau Babi, Pulau Simo, Pulau Tuangku dan Pulau Bangkaru. Biasanya burung Beo Nias membuat sarang mereka di batang pohon tinggi yang berdiri tegak dengan melubanginya. Bersama kelompoknya, Burung Beo Nias ini sangat suka tinggal di alam terbuka Makanan yang sangat disukai oleh jenis Beo Nias ini adalah berupa buah-buahan, biji-bijian, dan juga serangga. Dalam berkembangbiak ia memiliki musim bertelur, yaitu antara bulan Desember hingga bulan Mei. Biasanya pohon-pohon yang sudah lapuk atau batang pohon tinggi yang masih berdiri tegak, menjadi tempat yang nyaman dipilih oleh para betina yang hendak bertelur ini. Biasanya betina burung beo yang mulai punah populasinya akan menelurkan 2 hingga 3 butir telur, dan mereka akan mengerami telur yang biasanya berwarna biru muda dengan bercak coklat dan ungu muda dengan ukuran telur yang rata-rata 26-37 mm ini selama kurang lebih tiga minggu lamanya. Namun sayang karena keunikannya, burung Beo Nias yang cantik ini terancam populasinya di dunia. Banyaknya pemburu yang menginginkan burung ini berdampak pada berkurangnya jumlah dari burung yang didaftar sebagai Least Concern dalam IUCN Redlist dan CITES Apendiks II ini.


Tokhtor Sumatera (Carpococcyx viridis)

Burung Tokhtor Sumatera (Sumatran Ground-cuckoo) yang nama latinnya Carpococcyx viridis menjadi burung langka asal pulau Sumatera berikutnya. Burung endemik Sumatera dengan populasi antara 50-250 ekor.  Status: IUCN  Redlist : Critically Endangered (Kritis) CITES: –
Ciung-mungkal Sumatera (Cochoa beccarii)

Burung Ciung-mungkal Sumatera atau Sumatera Cochoa menjadi burung endemik sekaligus burung langka Sumatera, bahkan menjadi salah satu burung ‘Most Wanted‘ bagi para peneliti burung. Populasi burung dewasanya diperkirakan antara 2500 hingga 10.000 ekor.
Tumbuhan Endemik Sumatera Utara
Anggrek Tien Soeharto

Salah satu jenis tumbuhan (jenis anggrek) yang endemik atau yang hanya tumbuh di Sumatera Utara adalah Anggrek Tien Soeharto atau sering juga disebut dengan Anggrek Hartinah (Cymbidium Hartinahianum). Habitatnya ditemukan di Desa Baniara Tele Kecamatan Harian Kabupaten Tapanuli Utara (berbatasan dengan Kabupaten Dairi). Lokasi ini dapat dicapai dengan kendaraan pribadi maupun kendaraan umum dari kota Medan melalui kota Sidikalang (ibukota Kabupaten Dairi) sejauh 400 km, selama lebih kurang 5 jam perjalanan.
Anggrek ini pertama kali ditemukan oleh Rusdi E. Nasution, seorang peneliti dari Herbarium LBN/LIPI Bogor pada tahun 1976. Ketika itu, anggrek ini tidak ditemukan dalam berbagai pusta maupun dalam koleksi. Kemudian oleh peneliti tersebut bersama peneliti lainnya J. B. Comber memberi nama ilmiah Cymbidium Hartinahianum yang juga berarti anggrek Tien Soeharto pada hasil temuannya. Penabalan nama Ibu Negara pada jenis anggrek ini merupakan penghargaan atas jasa-jasanya dalam rangka pengembangan dunia peranggrekan di Indonesia.
Bunga Bangkai

Bunga Bangkai (Amorphophallus Titanum) ini tumbuh di Kawasan Taman Wisata/Cagar Alam Sibolangit. Bunga ini memberi pesona tersendiri karena selain keindahannya juga pertumbuhannya yang tinggi dan besar. Itulah sebabnya disebut juga dengan nama Suweg Raksasa. Bunga yang tumbuh pada tahun1995, tingginya mencapai 210 cm. Sedangkan sebelumnya tahun 1989 tingginya mencapai 150 cm. Dan diprediksi akan tumbuh lagi seterusnya di Taman Wisata Sibolangit. Bunga Bangkai pertama kali ditemukan di Sibolangit pada tahun 1920-an. Adapun penemu pertama jenis bunga ini adalah Odoardo Beccari seorang pakar botani berkebangsaan Italia. Ketika itu, tahun 1878, dalam perjalanannya di Kepahiang – Rejang Lebong (Bengkulu) ia menemukan tumbuhan bunga bangkai. Kemudian oleh rekannya Prof. Giovanni Arcaneli dari Turki, diberi nama ilmiah Amorphophallus Titanum terhadap hasil temuan Beccari tersebut. Sejak itu dunia botani mengenal bunga bangkai dengan nama Amorpophallus Titanum Beccari.
Mamalia Endemik Sumatera Utara
Muntiacus montanus (Sumatran Muntjac)
Kijang sumatra atau Kijang gunung diketemukan Kijang Gunung Yang Dianggap Punah Kijang Gunung (Muntiacus montanus), species kijang yang tidak ditemukan dalam 100 tahun terakhir dan dianggap telah punah ditemukan kembali di Taman Nasional Kerinci Seblat, Sumatera. Spesies langka tersebut ditemukan kembali oleh tim Pelestarian Harimau Sumatra (PHS) dari Balai Taman Nasional Kerinci Seblat dan Fauna dan Flora International (FFI).
"Pertama kali ditemukan pada 8 Agustus 2002 saat Montanus terjerat perangkap pemburu dan tim kami melepaskannya," kata Perwakilan dari FFI Indonesia, Dr J Sugardjito, di Jakarta, Jumat (10/10). Dia mengatakan spesies yang dianggap punah ini ditemukan diketinggian 2.400 meter Gunung Kerinci, sekitar 15 kilometer dari lokasi penemuan tipe specimen yang sama yang ditemukan di daerah Sungai Kring oleh Robinson dan Kloss pada tahun 1914. Ia mengatakan saat melakukan ekspedisi tersebut Robinson dan Kloss hanya menemukan bukti tengkorak dan kulitnya saja. Bukti tersebut disimpan di Raffles Museum Singapore, tapi hilang saat evakuasi pada tahun 1942 begitu Jepang menduduki Singapura. Untuk saat ini foto Kijang Gunung yang dimiliki oleh tim PHS dari Balai Taman Nasional Kerinci Seblat dan FFI, merupakan satu-satunya bukti di dunia bahwa spesies tersebut masih hidup di Taman Nasional Kerinci. Sementara itu, menurut peneliti mamalia dari Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI), DRB Gono Semiadi, untuk meyakinkan ahli bahwa temuan ini merupakan Kijang Gunung yang telah punah dibutuhkan waktu satu tahun untuk penelitian. “Keyakinan sudah ada dari foto dan catatan dari buku-buku taksonomi, tetapi untuk bisa yakin 100 persen perlu ada pembanding yaitu tengkorak asli Kijang Gunung tersebut. Sayangnya yang di Singapura hilang, karena itu kami coba meminjam dari pemburu yang mungkin memilikinya," ujar dia. Menurut dia, spesimen dari kijang yang telah punah ini didapat dari Belanda pada 1930. Sedangkan deskripsi awal dari Robinson dan Kloss bukan saja warna kulit yang lebih gelap yang berbeda dengan jenis kijang muntjak yang biasa ditemui di Sumatra, Bangka, dan Malaysia, tetapi juga tetapi ukurannya yang lebih kecil.




Orang Utan

Orangutan Sumatra dengan bahasa latin (Pongo abelii) adalah spesies orangutan terlangka. Orangutan sumatra hidup dan endemik di pulau Sumatra, sebuah pulau yang terletak di Indonesia. Ukuran mereka lebih kecil jika dibandingkan dengan spesies orang utan kalimanta. Orangutan sumatr hanya memiliki tinggi sekitar 4,6 kaki dan berat 200 pon, sedang kan untuk betina ukurannya lebih kecil yakni dengan tinggi sekitar 3 kaki dan berat 100 pon. Orangutan jenis ini lebih menyukai buha-buahan dan juga serangga untuk makanannya. Orangutan sumatra lebih bersosial diabndingkan dengan orangutan kalimanta, mereka akan berkumpul untuk makan sejumlah buah besar dipohon bersama-sama. Tapi untuk jenis orangutan jantan dewasa biasanya menghindari kontak dengan jantan dewasa lainnya. Survei pada tahun 2004 memperkirakan ada sekitar 7.300 ekor orangutan sumatra. Sungguh termasuk jumlah yang sedikit dengan wilayah pulau sumatra yang sangat luas.


















BAB III
PENUTUP

Kesimpulan

Adapun kesimpulan yang dapat penulis simpulkan bahwa :
Keaneka ragaman hayati ialah suatu istilah yang mencakup semua bentuk  yang mencakup gen, spesies tummbuhan,hewan dam mikroorganisme serta ekosistem dan proses – proses ekologi. Adanya arus globalisasi dan efisiensi menuntup suatu keseragaman, mengakibatkan krisis keragaman di berbagai bidang.
Karakter dan pola persebaran flora dan fauna Indonesia tidak terlepas dari sejarah perkembangan kepulauan Indonesia. Secara geologis dan geomorfologis wilayah Indonesia bagian barat termasuk ke dalam landas kontinen Asia (paparan Sunda), sedangkan wilayah Indonesia bagian Timur termasuk ke dalam landas kontinen Australia (Paparan Sahul).
Kondisi ini tentunya membawa pengaruh terhadap karakter flora dan fauna pada wilayah nusantara. Pulau Sumatera memiliki flora dan fauna yang sangat khas, salah satunya yaitu burung Beo Nias. Dari segala jenis burung, Burung Beo merupakan salah satu yang paling unik.
Burung Ciung-mungkal Sumatera atau Sumatera Cochoa menjadi burung endemik sekaligus burung langka Sumatera, bahkan menjadi salah satu burung ‘Most Wanted‘ bagi para peneliti burung. Populasi burung dewasanya diperkirakan antara 2500 hingga 10.000 ekor.
Kijang sumatra atau Kijang gunung diketemukan Kijang Gunung Yang Dianggap Punah Kijang Gunung (Muntiacus montanus), species kijang yang tidak ditemukan dalam 100 tahun terakhir dan dianggap telah punah ditemukan kembali di Taman Nasional Kerinci Seblat, Sumatera. Spesies langka tersebut ditemukan kembali oleh tim Pelestarian Harimau Sumatra (PHS) dari Balai Taman Nasional Kerinci Seblat dan Fauna dan Flora International (FFI).
Orangutan Sumatra dengan bahasa latin (Pongo abelii) adalah spesies orangutan terlangka. Orangutan sumatra hidup dan endemik di pulau Sumatra, sebuah pulau yang terletak di Indonesia. Ukuran mereka lebih kecil jika dibandingkan dengan spesies orang utan kalimantan.
Anggrek Tien Soeharto atau sering juga disebut dengan Anggrek Hartinah (Cymbidium Hartinahianum). Habitatnya ditemukan di Desa Baniara Tele Kecamatan Harian Kabupaten Tapanuli Utara (berbatasan dengan Kabupaten Dairi). Lokasi ini dapat dicapai dengan kendaraan pribadi maupun kendaraan umum dari kota Medan melalui kota Sidikalang (ibukota Kabupaten Dairi) sejauh 400 km, selama lebih kurang 5 jam perjalanan.
Bunga Bangkai (Amorphophallus Titanum) ini tumbuh di Kawasan Taman Wisata/Cagar Alam Sibolangit. Bunga ini memberi pesona tersendiri karena selain keindahannya juga pertumbuhannya yang tinggi dan besar. Itulah sebabnya disebut juga dengan nama Suweg Raksasa. Bunga yang tumbuh pada tahun1995, tingginya mencapai 210 cm
Saran 
Kita sebagai umat yang beragama tentunya dalam setiap keyakinan yang kita miliki kita di ajarkan untuk menjaganya maka, jagalah alam kita dan keanekaragaman hayati yang kita miliki demi keseimbangan ekosistem dan kenyamanan kita bersama.







DAFTAR PUSTAKA

Dari jurnal :
Sutoyo. 2010. Jurnal Keanekaragaman hayati indonesia suatu tinjauan : masalah dan pemecahanya. Ps. Agroteknologi, Fakultas IPSA, Universitas Tibuwana Tunggadewi, Vol 10 No : 101 – 106. 
Anonymous. 2006. Keanekaragaman hayati : Dari Biodiperalisme utama. Jakarta 
Dari website : 
Alamendah. 2014. Flora dan fauna provinsi sumatera utara. http://flora dan fauna khas sumatera utara_alamendah’s Blog.htm. Diakses tanggal 6 september 2014.
Alamendah. 2014. Daftar dan gambar burung langkah sumatera. http:// Daftar dan gambar burung langkah sumatera_alamendah’s Blog.htm. Diakses tanggal 6 september 2014.
Alamendah. 2014. Daftar tumbuhan endemic sumatera. http:// Daftar tumbuhan endemic sumatera_alamendah’s Blog.htm. Diakses tanggal 25 Agustus 2011.
Indil. 2016. Mengenal jenis flora dan fauna endemic pulau sumatera. http://mengenal jenis flora dan fauna endemik pulau sumatera_flora dan fauna.htm. diakses  21 mei 2016
Amazing Indonesia. 2016. Beo Nias burung endemic sumatera utara_Go sumatera.htm. Diakses 2016.
Fauz.2012.Keanekaragamanhayati.http://fauzzblog.wordpress.com/2009/12/06/keanekaragaman hayati biodoversitas. Diakeses tanggal 26 maret 2012.
Pemerintah sumatera utara. 2014. Flora dan fauna. http://pemerintah sumatera utara_utara dan fauna.htm. Diakses 2014.
Super admin. 2015. Jenis – jenis burung langkah Indonesia terancam punah. http://jenis – jenis burung langkah Indonesia terancam punah.htm. diakses 01 juli 2015. 
Ahmadi darma, 2016 jenis hewan yang hamper punah asli dari sumatera utara. http://jenis – jenis hewan yang hamper punah asli sumatera – Ahmadi darma.htm. Diakses 2016.

Comments

Popular posts from this blog

Makalah Pencemaran Laut dari Tumpahan Minyak (Oil Spill))

LAPORAN LENGKAP PRAKTIKUM INVENTARISASI SUMBER DAYA HUTAN “Angka Bentuk Pohon Hutan Tanaman Dan Struktur Serta Komposisi Tegakan Hutan Alam”

MAKALAH TAMAN HUTAN RAYA (TAHURA)